aksi teatrikal politisi
sipil nusantara, kehilangan panggung vs kelebihan pemain
Terdapat 4 (empat) pilar dari RPJMN ke IV tahun 2020-2024
yang merupakan amanat RPJPN 2005-2025 untuk mencapai tujuan utama dari rencana
pembangunan nasional periode terakhir. Keempat pilar tersebut:
1.
Kelembagaan
politik dan hukum yang mantap
2.
Kesejahteraan
masyarakat yang terus meningkat
3.
Struktur
ekonomi yang semakin maju dan kokoh
4.
Terwujudnya
keanekaragaman hayati yang terjaga
Sejarah perpolitikkan nusantara tak akan lepas dari pengaruh
dan periwayatan silsilah bentukan organisasi kemasyarakatan dan partai politik
sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945. Semangat dan jiwa merdeka dengan satu
tujuan. Soal nanti siapa menjadi apa, tak mereka pikirkan. Apalagi ambisi,
pamrih siapa akan dapat apa. Jauh.
Beda dengan zaman rezim politik. Kalkulasi politik
sedemikian rinci, sulit dihafal. Tidak bagi pihak yang tahu akan makna politik
blasa balas jasa. Memakai dalil ekonomi. Modal pantat dapat kursi empuk. Modal tampang
dapat panggung lapang.
Makanya, tema sinetron politik nusantara sedemikan
sederhana, simpel. Mengacu pada konsep Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (daur
ulang). Plus pokoknya pemain siap main. Mereka merangkap pemodal. Terasa
pemaksaan adegan. Pemain utama nyaris dengan busana yang sama di setiap
atraksi, acara.
Masalahnya, umur teknis parpol hanya dicadangkan khusus
bisa ikut pesta demokrasi. Mosok tidak ada ikan yang nyantol. Wallahu a’lam bisshawab. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar