Halaman

Rabu, 20 November 2019

radikalisasi politisi sipil nusantara, belum cukup umur vs cepat matang luar


radikalisasi politisi sipil nusantara, belum cukup umur vs cepat matang luar

Demokrasi yang mana dimana tumbuh di nusantara. Cuma hidup dan berbuah jelang pesta demokrasi. dimeriahkan atau dimulai di pilkades yang agak bebas intervensi partai politik. Pilkada serentak yang mengacak-acak hakikat koalisi parpol pro-pemerintah. Kader parpol lokal kalah garang dengan elite lokal.

Pada 9 Desember 2015, Indonesia mencatat sejarah baru dengan dilaksanakannya Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Walikota dan Wakil Walikota, serta Bupati dan Wakil Bupati yang disebut Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada secara serentak. Pilkada digelar di 269 daerah, terdiri dari 9 provinsi untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur, 36 kota untuk memilih Walikota dan Wakil Walikota serta 224 kabupaten untuk memilih Bupati dan Wakil Bupati.

Promo plus sosialisasi. Kesuksesan sebuah bangsa terletak pada pemimpinnya. Jangan sampai salah pilih. Walau kenyataan terjadi sistem salah pilah cikal bakal pemimpin dan atau wakil rakyat. .

Globalisasi arus informasi, ‘pilih kucing dalam karung’ sudah usang. Profil sang kucing sudah bisa dibaca dengan benderang. Fakta bahwa Bumbung Kosong – seperti yang terjadi dalam pemilihan kepala desa jika hanya ada satu calon saja – akan jadi solusi mengatasi calon tunggal pilkada serentak.

Jika saat pilpres 2019, muncul pasangan 03, dipastikan akan berdaya tarik. Keisengan anak bangsa pribumi nusantara tak akan dijumpai di negara maju. Bak anak-anak berebut satu mainan. Pakai prinsip, walau adu kuat, pokoknya tak ada satu pihak yang akan memilikinya. Tak ada yang menang sekaligus tak ada yang kalah. Seri juga tidak. Jelas sama-sama rugi dan sama-sama untung.

Timnas sepak bola, sudah ditolong dengan sistem kelompok umur. Jangan-jangan nanti batas umur menjadi penentu. Mungkin dan berpeluang potensial. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar