peolok-olok politik
nusantara, jiwa kering ujaran garing
Bersyukur, penyakit politik menjadi hak milik
bangsa negara berkembang. Soal tahun terbang sebagai negara merdeka, tak ngefek.
Manusia politik suka status dimaksud. Tidak ada batas kadaluwarsa. Kecuali jika
sudah ada deformasi, transformasi yang tampak nyata oleh indera mata,
kasatmata. Syarat untuk menambah utang luar negeri. Ini yang didamba penguasa
setiap periode.
Imbangan penyakir politik, pemerintah mengedarkan
paket canda politik. Bagian integral dari ramah investor. Atau skenario dari
negara pemberi bantuan gratis tidak mengikat. Sebagai pihak penerima bantuan,
akan masuk pasal merasa berhutang budi. Masuk jebakan jika suatu saat sang
pemberi alias – beri-man – dermawan, pemurah hati, si ringan tangan minta
bantuan. Sebagai bangsa berpancasila, pihak asing sudah tahu watak dan harga
diri si penerima kado.
Kemudian daripada itu untuk membentuk sistem
politik yang menganut asas menerima dan atau memberi, jasa, timbal balik,
barter, ijon, kredit candak kulak, pesan kursi perdana jauh tahun.
Akhirnya, mekanisme sensorik manusa politik segala
kasta, tak ada hubungan kinerja dengan panca indera. Kualifikasi kawanan pegiat
politik sudah sedemikiannya, wajar jika politik sebagai agama dunia. mampu
mewujudkan cita-cita meraih nikmat dunia, menumpuk sukses dunia.
Budaya berbahasa yang benar sesuai tatabahasa, baik sesuai tatakrama maupun
bagus sesuai tataselera. Diaduk-aduk, diacak-acak, dibolak-balik. Kecanduan,
ketagihan gawai melanda anak masih kandungan.
Kerja hati, kalbu, nurani atau budi pekerti, terabaikan secara sadar,
berkelanjutan. Utamakan rasa tanpa tenggang rasa. Pokoknya cari kepuasan,
kesenangan diri jika sudah menista orang lain dengan segala gaya. Semakin banyak
produk ujaran nista berbanding lurus dengan kadungan nista di diri ybs. Kelamaan
disimpan akan cepat basi dan menjadi racun diri. Diserap oleh tubuh menjadi
sumber energi, kalori.. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar