gaya hidup statis nonradikal asal berpancasila
Masalah kesadaran hidup
bermasyarakat, berbangsa, bernegara. Semangkin dirumuskan secara berjilid,
berlapis, berjenjang, berpasal-pasal malah sengaja dilanggar agar tampak diri. Ironis
binti miris, penguasa utawa pengelenggara malah berbuat yang tidak-tidak dalam
segala tindak nyata. Mau tak mau, kawanan loyalis bak memndapat amunisi, angin segar
dan percontohan hidup.
Aspek asas penyesatan
tak terasa karena rakyat sekedar mencontoh. Menindaklanjuti secara lebih
dinamis, kreatif dan seolah edukatif. Dukungan media massa, media sosial maupun
bermedia lainnya, produk berbasis TIK menjadikan diri ini gagah nian. Masyarakat
sumbu pendek langsung mencerna apa yang ditangkap indra.
Ternyata anak bangsa
pribumi nusantara atau malah pemerintah sebagai juru praktik demokrasi, mudah
diakali oleh teknologi kecerdasan buatan. Memudahkan diri untuk manja tanpa
sebab yang diketahui. Diketahuinya setelah jadi bubur. Akhirnya, skenari dunia
lain juga berhal sama. Bedanya, mereka sigap akan mengelupas selapis unsur yang
potensial sebagai.
Dasar negara bagaimana
dayanya, tergantung martabat oknum kawanan penyelenggara negara. Diformat secara
akademis, ilmiah, pola hankamnas. Kalau politisi sipil rapuh dalam, panas luar,
adem bersyarat, syahwat politik lokal. Itulah yang sedang terjadi. Semua saling
menunggu dan mengincar waktu. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar