Halaman

Sabtu, 16 November 2019

kalkulasi politik bukan proyek terima kasih


kalkulasi politik bukan proyek terima kasih

Betul. Bukan pada kapan tajuk “pendulum politik nusantara, kridha lumahing asta vs pejah gesang ndèrèk panguwasa main tayang di blogspot pribadi. Kata kunci – yang mana cari sendiri – masih enak tampil kapan pun. Terikat, terkait judul, bukan mencari benang merahnya. Bincang ‘politik; bisa dikaitkan, diikatkan dengan kasus yang bagaimana pun.

Pun demikian, sedemikian adanya. Semenjak anak bangsa pribumi nusantara tahu politik. Bahwasanya politik menjadikan siapa saja bisa menjadi apa saja. Tak perlu modal paham ideologi. Pakai modal pendongkrak sampai modal pelican. Bukan kader partai bisa dapat nomor urut jadi, siap laga di pilkada, pemilu legislatif bahkan pilkara atau pilpres.

Orde Lama berhasil meluncurkan bentuk bebas politik ‘nasakom’. Penguasa tunggal Orde Baru mampu membuktikan tidak harus jadi ketua umum parpol. Pakai Golkar yang bukan parpol sebagai kendaraan politik. Berlanjut dengan oleh modus presiden ke-7 NKRI. Akumulasi, resultan, kombinasi, kanibal politik dua rezim politik Orla dan Orba.

Sejarah politik selalu berulang tipikal dan mudah ditebak babak akhirnya. Beda pemain. Mulai pemain klas ‘petugas partai’ sampai yang modal pasang badan, akan dapat imbalan yang semestinya,  yang seharusnya, yang selayaknya.

Pakai jalur politik akan memangkas sistem karier. Bukan dengan memangkas mata rantai birokrasi. Aparat aktif bidang pertahanan dan atau keamanan negara, wajib diopeni sesuai dalil bela negara, kawal nusa, jaga juragan. Langkah politis memberlakukan sistem karier tidak berlaku. Demokrasi lima tahunan sebagai penentu nasib bangsa.

Tahu-tahu ada orang vs tahu-tahu ada orang hilang. Menu politik unggulan dan teruji nusantara. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar