kalkulasi politik bukan proyek terima kasih
Betul. Bukan pada kapan tajuk “pendulum politik nusantara, kridha lumahing asta vs
pejah gesang ndèrèk panguwasa” main tayang di blogspot pribadi. Kata kunci –
yang mana cari sendiri – masih enak tampil kapan pun. Terikat, terkait judul,
bukan mencari benang merahnya. Bincang ‘politik; bisa dikaitkan, diikatkan
dengan kasus yang bagaimana pun.
Pun demikian, sedemikian adanya. Semenjak anak bangsa pribumi nusantara
tahu politik. Bahwasanya politik menjadikan siapa saja bisa menjadi apa saja. Tak
perlu modal paham ideologi. Pakai modal pendongkrak sampai modal pelican. Bukan
kader partai bisa dapat nomor urut jadi, siap laga di pilkada, pemilu legislatif
bahkan pilkara atau pilpres.
Orde Lama berhasil meluncurkan bentuk bebas politik ‘nasakom’. Penguasa tunggal
Orde Baru mampu membuktikan tidak harus jadi ketua umum parpol. Pakai Golkar
yang bukan parpol sebagai kendaraan politik. Berlanjut dengan oleh modus
presiden ke-7 NKRI. Akumulasi, resultan, kombinasi, kanibal politik dua rezim
politik Orla dan Orba.
Sejarah politik selalu berulang tipikal dan mudah ditebak babak akhirnya. Beda
pemain. Mulai pemain klas ‘petugas partai’ sampai yang modal pasang badan, akan
dapat imbalan yang semestinya, yang
seharusnya, yang selayaknya.
Pakai jalur politik akan memangkas sistem karier. Bukan dengan memangkas
mata rantai birokrasi. Aparat aktif bidang pertahanan dan atau keamanan negara,
wajib diopeni sesuai dalil bela negara, kawal nusa, jaga juragan. Langkah politis
memberlakukan sistem karier tidak berlaku. Demokrasi lima tahunan sebagai
penentu nasib bangsa.
Tahu-tahu ada orang vs tahu-tahu ada orang hilang. Menu politik unggulan dan
teruji nusantara. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar