Halaman

Selasa, 05 November 2019

kisah si pandir jenaka menjadi pahlawan politik


kisah si pandir jenaka menjadi pahlawan politik

Seandainya diangkat dari kisah nyata. Perlu lomba cari pelaku unggul. Bukan monopoli sebuah parpol. Bukan hak milik perorangan walau kisahnya menjadi acuan nasional. Masih, sedang terjadi dan akan terjadi dengan peristiwa yang lebih. Cikal bakal saja sudah antri.

Batasan waktu. Praktis untuk daya pengingatan setara anak manusia pribumi nusantara. Paket reformasi yang dimulai dari puncaknya, 21 Mei 1998. Kasus yang muncul dipermukaan, hanya sebagian kecil. Bukan luput dari pengendusan awak media. Khalayak masih awal dan awam.

Adab bermasyarakat, berbangsa, bernegara masih orisinil, asli, tulen, bawaan sejak lahir. Belum terkontaminasi. Dalam hitungan waktu, argo politik bak kuda liar. Arus demokrasi bocor dimana-mana. Arus pendek, sumbu pendek menjadi cara dan ciri manusia politik.

Ajaran bersifat khas. Namun yang namanya kejelekan cepat, gampang menular.

Betul. Bukan monopoli sebuah parpol. Antara parpol zaman .nasakom. dengan parpol dadakan, khusus ikut pemilu. Soal cari panggung tak ada beda gaya. Tak dapat kursi DPR RI. Sejelek-jeleknya masih nyangkut di kursi DPR kabupaten/kota. Caleg modal keringat kakek nenek moyang. Nilai jual, nilai tukar  dari berbagai aspek. Kader jenggot adu nyali, adu gengsi melawan kader tiban. Biaya politik menjadi andalan dan andil gedhé.

Bagi parpol yang kelebihan pemain.

Tak salah. Bukan hak milik perorangan. Karakter caleg diutamakan dengan pola dan gaya pemakan segala. Sistem rekrutmen sudah menjadi fakta. Kode etik, oknum atau caleg sebagai pemodal. Langsung masuk jajaran elite partai atau dapat nomor jadi. Pokoknya menang.

Preman jalanan yang di zaman Orde Baru, dielus-elus untuk pendulang suara. Karena tahu diri, dikenai pasal meresahkan masyarakat. masuk kategorti radikla klas gali (gabungan anak liar). Densus petrus menjadi cara jitu pihak berwajib.

Di akar rumput naik sekian lapis. Kawanan ini secara sadar menjadi penebar, penabur olok-olok politik. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar