3 Periode, Mimpi Sang
Diktator Nusantara
Praktik demokrasi di NKRI memang dinamis, luwes, situsional. Tergantung
pihak pemenang pemilu legislatif plus pilpres 2019. Dijabarkan menjadi cara,
modus, rekayasa konstitusional untuk merebut, mempertahankan, merebut kembali
dan memperpanjang kekuasaan.
Memakai hukum ekonomi-politik. Satu periode dirasa pas. Menjadi atau
berlanjut dua periode dirasa cukup. Ditingkatkan sampai tiga periode menerus
dipastikan dirasa malah kurang. Keserakahan nikmat dunia tak akan menemukan
kata puas.
Belum lagi ditambah mengingat kawanan loyalis pendukung penguasa yang masih
duduk di daftar tunggu. Biaya politik dengan dukungan investor global yang tak
akan lunas dalam satu periode. Melaksanakan skenario atas konspirasi yang tak
akan impas hanya dalam satu periode.
Pamrih, ambisi membuat ibu kota baru RI akan sia-sia jika tak bisa
dinikmati. Cuma kebagian peresmian secara seremonial, kolosal. Kecut. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar