generasi sadamai,
berdamai dengan bebal diri
Kemandirian, ketahanan,
efektivitas mental manusia bebal nusantara masuk bahan ajar oplosan antara animisme
dengan dinamisme. Kursi dipertuhankan. Kursi bisa beranak. Alias kekuasaan bisa
diwariskan sejalan dengan paham anak cucu idelogis.
Kata ahlinya, bebal
termasuk punya rasa tebal muka. Sedangkan apa yang dimaksud dengan lema “bebal”. Simak olahkata saya
yang pernah tayang. Sama, saya juga lupa.
Wajar jika manusia
berbaik sangka dengan potensi diri bawaan. Semua sukses, nikmat dunia diraih
berkat peras otak, banting tulang, mandi keringat. Sampai lupa waktu. Bisa-bisa
bisa keluarga terabaikan tanpa sadar. Bahkan kesehatan diri tak peduli. Sakit,
berobat.
Dogma gembala penyesat, penghasut
yang buka praktik di nusantara. Mereka punya stigma dalih “anjing kembali lagi
ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.”. Dua binatang
dimaskud, bagi mereka bisa menjadi teman setia di rumah.
Peribahasa dimaksud
menggambarkan demikianlah manusia dan atau orang bebal yang mengulangi
kebodohannya. Atau dengan bangga mengatasnamakan kedunguannya untuk aktif
berolok-olok politik.
Maksud dianalogikan
sebagai anjing dan babi, adalah kecenderungan kawanan pro-penguasa untuk
mengulangi kebodohannya, melanjutkan kedunguannya. Mendaur ulang dosa ringan,
dosa kecil tanpa sadar alias pertobatan seremonial. Model macam ini disebut
sebagai manusia dan atau orang bebal. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar