Halaman

Minggu, 24 November 2019

generasi sadamai, berdamai dengan bebal diri


generasi sadamai, berdamai dengan bebal diri

Kemandirian, ketahanan, efektivitas mental manusia bebal nusantara masuk bahan ajar oplosan antara animisme dengan dinamisme. Kursi dipertuhankan. Kursi bisa beranak. Alias kekuasaan bisa diwariskan sejalan dengan paham anak cucu idelogis.

Kata ahlinya, bebal termasuk punya rasa tebal muka. Sedangkan apa yang dimaksud dengan lema “bebal”. Simak olahkata saya yang pernah tayang. Sama, saya juga lupa.

Wajar jika manusia berbaik sangka dengan potensi diri bawaan. Semua sukses, nikmat dunia diraih berkat peras otak, banting tulang, mandi keringat. Sampai lupa waktu. Bisa-bisa bisa keluarga terabaikan tanpa sadar. Bahkan kesehatan diri tak peduli. Sakit, berobat.

Dogma gembala penyesat, penghasut yang buka praktik di nusantara. Mereka punya stigma dalih “anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.”. Dua binatang dimaskud, bagi mereka bisa menjadi teman setia di rumah.

Peribahasa dimaksud menggambarkan demikianlah manusia dan atau orang bebal yang mengulangi kebodohannya. Atau dengan bangga mengatasnamakan kedunguannya untuk aktif berolok-olok politik.

Maksud dianalogikan sebagai anjing dan babi, adalah kecenderungan kawanan pro-penguasa untuk mengulangi kebodohannya, melanjutkan kedunguannya. Mendaur ulang dosa ringan, dosa kecil tanpa sadar alias pertobatan seremonial. Model macam ini disebut sebagai manusia dan atau orang bebal. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar