aroma irama politik nusantara,
radikal tengah atas vs sayap kiri lurus
Agar mudah dicerna tanpa
tarik nafas seadanya. Cuplik pasal hukum alas roban, “rampok teriak copet”. Baca judul, penggila bola sedikit
tertarik, koq pakai posisi seniman lapangan ijo. Kriminalisasi ulama menjadi
senjata makan tuan. Suara ulama dibutuhkan ybs untuk ke periode kedua. Malah boyong
mbahé ulama jadi cawapres.
Menimbang bahwa oknum
ulama dunia sudah kebagian kursi wakil presiden. Maka daripada itu, kursi
pembantu presiden dibagikan kepada pihak lain. Agar kursi, wibawa diri, harga diri sebagai RI-1 aman
sampai tujuan. Tunjuk mantan angkatan sebagai pembantu presiden urus semua agama maupun aliran kepercayaan, kebatinan. Tak
salah bahkan jitu. Penganut politik bak agama mendapat porsi khusus.
Namanya ahli meracik taktik,
strategi diramu dengan dalil manipulasi, rekayasa, modifikasi. Bermula “lempar
batu sembunyi tangan” disesuaikan dengan kondisi lapangan, pakai pola “lempar isu pasang
badan”. Sekali tonjok
dua-tiga korban bonyok. Lagu konvensional yang teranyarkan.
Jika kalangan, kelompok
ulama nusantara ambil sikap mandiri hadapi aksi radikalisme, tak pakai bantuan.
Bukan keberhasilan pertama sang gembaka penyesat vs gembala penghasut.
Efek domino memunculkan
pihak yang selama ini. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar