Halaman

Selasa, 12 November 2019

aroma irama politik nusantara, radikal tengah atas vs sayap kiri lurus


aroma irama politik nusantara, radikal tengah atas vs sayap kiri lurus

Agar mudah dicerna tanpa tarik nafas seadanya. Cuplik pasal hukum alas roban, “rampok teriak copet”. Baca judul, penggila bola sedikit tertarik, koq pakai posisi seniman lapangan ijo. Kriminalisasi ulama menjadi senjata makan tuan. Suara ulama dibutuhkan ybs untuk ke periode kedua. Malah boyong mbahé ulama jadi cawapres.

Menimbang bahwa oknum ulama dunia sudah kebagian kursi wakil presiden. Maka daripada itu, kursi pembantu presiden dibagikan kepada pihak lain. Agar kursi,  wibawa diri, harga diri sebagai RI-1 aman sampai tujuan. Tunjuk mantan angkatan sebagai pembantu presiden urus semua  agama maupun aliran kepercayaan, kebatinan. Tak salah bahkan jitu. Penganut politik bak agama mendapat porsi khusus.

Namanya ahli meracik taktik, strategi diramu dengan dalil manipulasi, rekayasa, modifikasi. Bermula “lempar batu sembunyi tangan” disesuaikan dengan kondisi lapangan, pakai pola “lempar isu pasang badan”. Sekali tonjok dua-tiga korban bonyok. Lagu konvensional yang teranyarkan.

Jika kalangan, kelompok ulama nusantara ambil sikap mandiri hadapi aksi radikalisme, tak pakai bantuan. Bukan keberhasilan pertama sang gembaka penyesat vs gembala penghasut.

Efek domino memunculkan pihak yang selama ini. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar