mendaur ulang olah kata
sendiri
Aksi sibuk diri berolah
kata. Bukan tanpa bimibingan. Walau jauh dari bombongan. Bermula membaca buku
bahasa dan satra milik bapakku. Lompat kuat ke depan masuk perguruan tinggi
negeri. Daya imajinasi disiplin ilmu jurusan teknik arsiktektur, kian memacu
dan memicu ragam olah kata.
Bersyukur ada fasilitas
blogspot.com. Sebelumnya liwat opini MPR. Lanjut sebagai kontributor wasathon.com
(sayang, laman ini tak berusia panjang). Termasuk foto diri muncul di Fokus
Publik, Republika. Entah berapa puluh tajuk. Ada majalah ‘parenting’ Fahma di
Yogya. Suara pembaca MPR kumanfaatkan sebagai ajang unjuk diri. Asah emosi,
sesekali buka facebook. Karena inspirasi tidak harus datang dari menu 4 sehat 5
sempurna. Pola B3 alias barang bekas berkualitas. Tepatnya ocehan atau
olok-olok politik bisa menjadi.
Kata kunci andalan,
bisanya itu, termasuk yang pakai bahasa Jawa, yang kuketik di laman google.com;
yahoo.co.id memang memunculkan aneka bahan. Diperciut ketik tahun dan ditutup
dengan ‘pdf’. Eloknya, predikat yang sekarang sedang tenar, nge-trend, nge-hit,
ternyata ada di produk lama. Pokoknya kalau mau umbar kata. Pusing sendiri.
Baru kusadar. Kelamaan menunggu
pertanyaan, berapa tajuk, judul yang tayang. Dijawab ‘ribuan’, di atas 3 ribu,
dikira masih standar pemula. Mau iseng. Tajuk, judul dimaksud kalau
dirangakaian bisa menjadi olah kata berlembar-lembar.
Sedih binti pedih. Setelah
ketik kata kunci tadi, malah olah kata saya tidak muncul. Tak lolos sensor. Malah
sebagai daya BST dengan produk lain. Pembelajaran itulah yang dicari. Jika ketik
nama diri, lanjut dengan satu kata kunci. Menjadikan diri ini senang dalam
hati.
Mudahnya. Ketik kata
kunci di direktori laptop. Muncul olak kata sendiri plus karya pihak lain. Judul
dan beberapa alenis, di-copas untuk divermak, dikanibal, . . . . [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar