Halaman

Sabtu, 30 November 2019

periodeisasi kursi RI-1, pas : cukup : kurang


periodeisasi kursi RI-1, pas : cukup : kurang

Pakai rumus apapun, tidak akan ketemu batasan ideal batas waktu jabatan kepala negara. Beda dengan kepala desa yang berdaya tarik akibat tersedia Dana Desa, ADD, APB Desa, Aset Desa, Barang Milik Desa.

Tepatnya, cukup dengen penerawangan fiktif. Terdengar sayup bisikan. Juga bukan dari asumsi historis 7 (tujuh) presiden RI. Setinggi-tinggi bangau terbang, semakin tinggi akan jatuh dengan sendirinya. Sejauh-jauh tupai melompat antar pohon kelapa, yang diincar itu-itu saja.

Beda dengan serigala politik. Yang mana dimana didapatkan fakta, “serigala politik berbaju serigala”. Banyak pihak terkelabui, tersihir, terpesona, tertipu hidup-hidup. Di atas kertas bisa diandalkan sebagai sekutu sampai mati kutu. Mau diajak menelan pit pahit bareng-bareng.

Gabungan deret ukur dengen deret hitung. Hasilnya, mudah dihafal tanpa daya akal.

Kalau cuma satu periode, sudah pas untuk ybs maupun rakyat. Bukan dilihat lima tahun kok lama atau sebentar. Soal kinerja, menjadi tanggung jawab bangsa. Soal balik modal, lihat ambisi, pamrih terselubung.

Ditingkatkan, tepatnya diperpanjang menjadi dua periode.

Tunggu . . .

Kilas balik mengapa penguasa tunggal Orde Baru bisa awet, betah, jinak-jinak buaya. Musuh bersama adalah kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan. Artinya, rakyat diformat dengan jualan politik musuh negara. Rakyat diposisikan buta politik. Kembali lanjut . . .

Ide politik penguasa tunggal Orde Baru menjadi panutan sampai kini. Rakyat identik dengan uneducated people, permanent underclass, manusia kurang beruntung, kaum marginal, kelompok terpinggirkan hanya jadi penonton pasif.

Iseng sela. Kemampuan operasi senyap, berlarut. Mengandalkan pasal taktik gerilya dan sekaligus bentuk lawannya, yaitu taktik kontra gerilya. Ini kelebihan mengimbangi bukan orang partai. Bandingkan dengan modus operandi politik ‘petugas partai’ periode 2014-2019.

Jadi, apa artinya dua periode. Rasanya memang merasa ‘cukup’. Impas secara balik modal atau imbangan bentuk lain. Jangan lupa, pihak pendukung merasa belum diayomi, diayemi. Cuma diyem-yemi ben bungah.

Rumusan presiden tiga periode. Belum duduk pas pantat. Kawanan loyalis berupa sebuah parpol ujung nusantara, mengadang-gadang capres 2024. Musuh nusantara tambah satu. Bagi oknum ybs, dengan khas kekehannya, mantuk-mantuk doang. Membayangkan malah kurang. Di ibukota anyar, kalau cua meresmikan. Telan pil pahit. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar