Halaman

Sabtu, 09 November 2019

radikal bebas antihoaks vs kolor ijo cingkrang antimelorot


radikal bebas antihoaks vs kolor ijo cingkrang antimelorot

Pasca perang dingin US vs AS. Negara adidaya tidak punya “musuh”. Mau ganyang negara komunis RRT. Kalah awu. Utang saja ke China. Maka daripada itu dibentuklah Islamfobia dengan segala taktik. Hasilnya bisa melanjutkan industri alat perang dan senjata pemusnah massal. Biaya riset teknologi super canggih tetap berkibar.

Lebih daripada itu. Sistem hankam negara berkembang sesuai skenarionya. Kendati politik luar negeri NKRI bebas aktif. Nilai tawar maupun “Indeks Citra Positif Indonesia di Dunia Internasional”, tetap sesuai arus kuat. Peningkatan kesaktian, kedigdayaan, kanuragan alat negara sampai mencari guru di negeri orang. Pakai hukum timbal-balik. Doktrin dan indoktrinasi jangan. Sama-sama diuntungkan. Cuma beda proporsi dan porsi.

Ketika di nusantara sudah aman dan damai. Taktik gerilya bukannya lantas ditinggalkan, apalagi ditanggalkan. Perang kota dimodifikasi.  Musuh negara di dalam negeri menjadi. Penguasa punya dalil aksi tandingan, agar tampak dukungan publik, kepercayaan rakyat masih ada.

Ditambah pendapat media asing yang menyalurkan angin surga. Lembaga survei tanpa survei, berbayar lagi, survei membuktikan bahwasanya kredibilitas, popularitas masih di batas aman.

Aksi tandingan bukan sekedar dalam bentuk unjuk raga, unjuk rasa. Penguasaan media massa sebagai ajang penabur dan penebar fitnah dunia. Gembala penyesat vs gembala penghasut, sigap 24 jam dan bak penyedia jasa. Aksi teror dibalas teror. Pokoknya. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar