Halaman

Minggu, 03 November 2019

politik radikal abal-abal, sudah ayal berkhayal pula


politik radikal abal-abal, sudah ayal berkhayal pula

Bukan peribahasa. Bukan pepatah. Hasil oplosan dari aneka fakta yang tersebar di pangkuan Ibu Pertiwi. Asal comot model random, sampel hasilnya tak beda jauh. Beda warna kemasan. Kenapa bisa begitu atau dapat begini.

Gerakan politik nusantara menjadi acuan dunia. Bawaan bakat jauh sebelum Proklamasi kemerdekaan NKRI 17 Agustus 1945. Di bawah tempurung zonasi nusantara, kawanan politisi sipil patut ditakuti lawan politik. Gaya main libas dalam lipatan.

Antara sekutu dengan seteru, beda tipis. Antara kawan dengan lawan, sama-sama doyan kursi. Antara yang pro dengan yang anti, aplusan. Dalam hitungan jam, pola hubungan bisa berubah drastis. Tanpa pemberitahuan.

Koalisi hanya berlaku di pilkara. Di tingkat pilkada, biaya politik, elite lokal menentukan koalisi daerah. Lagi-lagi soal kursi. Sistem feodal dihidupkan sejalan modus dinasti politik.

Kembali ke makna judul. Politik sebagai sistem. Pelakunya bisa siapa saja. Kendaraan politik kian mempolakan bagaimana tak perlu cerdas ideologi. Pada gilirannya, Pancasila hanya sebagai simbol, lambang. Makanya, perlu gali ulang sila-sila. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar