Frustasi Politik
vs Politisi Karbitan
Dadu politik nusantara
memang selalu atraktif. Mulai hanya berisi gambar pohon beringin di enam
sisinya. Sampai seolah satu warna di saat negara multipartai. Merah kental
universal sampai abangan lokal.
Peta politik, peta
sebaran kandang atau lumbung suara parpol, identik dengan teritorial politik
dinasti. Format daerah pemilihan (dapil) setara dengan pemasok SDM politik
terbarukan. Tingkat kesulitan daerah sampai tingkat desa/kelurahan akan
menentukan anggaran demokrasi. Berbanding terbalik dengan jangkauan dan daya
jelajah biaya politik.
Kallkulasi politik,
tidak ada suara pemilih sah yang dianggap percuma. Penggunaan hak politik
dengan memilih orang dan atau parpol pilihannya, secara psikologis menjadi daya
dukung politik. Terlebih pada sistem pemilu dengan prosedur one man one vote. Terasa nyata pada saat
hasil hitungan sementara kontestan berimbang, atau beda tipis.
Tata niaga politik
nusantara mudah kebaca, mudah ditebak arah angin maupun pesona panggung. Di
tarik mundur, politisi sipil macam apa pun, sudah mampu menebak ‘hasil akhir’.
Banting harga pun tetap akan mampu mendongkrak, mendulang suara. Ditambah,
sejatinya manusia politik masih di bawaj ketiak manusia ekonomi.
Nilai jual politisi sipil
kian redup jika berseteru dengan mantan alat negara ataupun yang masih aktif.
stok, cadangan nasional politsi sipil didominasi pewaris politik. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar