Halaman

Jumat, 15 November 2019

berita duka politik diminta oleh


berita duka politik diminta oleh

Bukan diminta, tapi versi. Bicara versi, kemungkinan yang kontradiktif. Beda kutub. Bertolak belakang. Bukan sekedar beda tipis. Terlihat mana kanan mana kiri. Persepsi sesuai mana rakyat pemilik hak politik sebagai akibat proses Kebebasan Sipil (Civil Liberty) serta mana pengguna hak politik rakyat untuk  berkuasa.

Hak politik masyarakat sipil nusantara, masih banyak yang luput dari liputan pantauan BPS. Tidak mungkin didata ‘dari pintu ke pintu’. Masyarakat sipil yang dipola sebagai buta politik, diberlakukan sebagai kumpulan angka. Stigma permanent underclass, non educated people berlanjut sebagai masyarakat kurang beruntung. Termarginalkan, terpinggirkan secara alami.

Masyarakat sipil dalam siklus lima tahunan, sejalan dengan pengurangan derajat diri. Biaya sehat menjadi berharga. Agar rakyat sadar gizi dari kebun sendiri. Alat kelengkapan hidup berbangsa menjadi tanggungan tanggung-renteng.

Manusia politik yang butuh suara pemilih untuk berkuasa. Rasa terima kasih dalam bentuk menambah predikat rakyat sebagai ‘orang susah’. Diberi tahu juga susah. Pelabelan suka-suka penguasa.

Jadi siapa sebenarnya jadi jadi korban politik. Versi manusia politik jelas barangsiapa sudah habis-habisan mendukung cikal bakal penguasa, hanya mendapat balasan ucapan terima kasih. Tanpa didoakan. Kalah format dengan pengemis, peminta yang tahu Rp.

Pembuktian konstruksi sejarah praktik demokrasi antar periode, membuktikan betapa realitas historis dibalik stigmaisasi kolektif terhadap sang buta politik.

Memang seolah akumulasi dosa politik oleh oknum maupun kawanan penguna politik, seolah impas dengan duduk manisnya mereka di kursi eksekutif-legislatif-yudikatif. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar