berita duka politik
diminta oleh
Bukan diminta, tapi
versi. Bicara versi, kemungkinan yang kontradiktif. Beda kutub. Bertolak
belakang. Bukan sekedar beda tipis. Terlihat mana kanan mana kiri. Persepsi sesuai
mana rakyat pemilik hak politik sebagai akibat proses Kebebasan Sipil (Civil
Liberty) serta mana pengguna hak politik rakyat untuk berkuasa.
Hak politik masyarakat
sipil nusantara, masih banyak yang luput dari liputan pantauan BPS. Tidak mungkin
didata ‘dari pintu ke pintu’. Masyarakat sipil yang dipola sebagai buta
politik, diberlakukan sebagai kumpulan angka. Stigma permanent underclass, non educated people berlanjut sebagai masyarakat kurang
beruntung. Termarginalkan, terpinggirkan secara alami.
Masyarakat sipil dalam
siklus lima tahunan, sejalan dengan pengurangan derajat diri. Biaya sehat
menjadi berharga. Agar rakyat sadar gizi dari kebun sendiri. Alat kelengkapan
hidup berbangsa menjadi tanggungan tanggung-renteng.
Manusia politik yang
butuh suara pemilih untuk berkuasa. Rasa terima kasih dalam bentuk menambah
predikat rakyat sebagai ‘orang susah’. Diberi tahu juga susah. Pelabelan suka-suka
penguasa.
Jadi siapa sebenarnya
jadi jadi korban politik. Versi manusia politik jelas barangsiapa sudah
habis-habisan mendukung cikal bakal penguasa, hanya mendapat balasan ucapan terima
kasih. Tanpa didoakan. Kalah format dengan pengemis, peminta yang tahu Rp.
Pembuktian konstruksi
sejarah praktik demokrasi antar periode, membuktikan betapa realitas historis
dibalik stigmaisasi kolektif terhadap sang buta politik.
Memang seolah akumulasi
dosa politik oleh oknum maupun kawanan penguna politik, seolah impas dengan
duduk manisnya mereka di kursi eksekutif-legislatif-yudikatif. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar