Dilema PSSI, Mencari
Bakat Ketum vs Mencetak Timnas
Pasang surut kinerja PSSI sebagai induk olahraga sepak
bola, didominasi oleh hingar-bingar berita ajang pencarian bakat Ketua umumnya.
Kendati tidak ada uji kelaikan dan kelayakan oleh wakil rakyat, namus
kontestasinya di atas pilkada, di bawah pilpres.
Jabatan ketum PSSI memang bersifat manajerial sekaligus
pretisius. Pihak yang berlatar belakang apa pun, merasa mampu. Sekedar info,
bahwa atlet olahraga terkaya dunia 2019, puncak klasemen di tangan seniman
lapangan hijau (Republika, Kamis. 7 november 2019).
Belum ada rilis dari survei, apakah pengurus PSSI atau
pemain timnas yang kaya. PSSI diuntungkan dengan tidak adanya organisasi
sejenis atau pengurus tandingan. Di pihak lain, kalender kegiatan tahunan
pengda PSSI, aman-aman saja.
Proses pembibitan pesepak bola, tentu tak jauh beda dengan
cabor lain yang sudah diperhitungkan. Minimal di tingkat ASEAN. Pemain individu
sudah tercetak, katakan mulai tingkat ‘tarkam’ atau laga antar kampung. Soal pasal
“mencari pengalaman”, mungkin juga tidak seberpeluang cabor lain.
Rasanya, daya tarik si kulit bundar, lebih memikat hati
kandidat ketum ketimbang menarik minat cikal bakal pemain yang total berjibaku.
[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar