Halaman

Minggu, 27 Desember 2020

sensivitas perut dan urusan bawah pusat

sensivitas perut dan urusan bawah pusat

 Adalah politik responsif gender. Padahal nusantara sudah menterapkan konsep kesetaraan gender  (emansipasi). Perihal stigma yang menimpa kaum hawa bukan datang dari mana-mana. “Di balik lelaki hebat terdapat perempuan (isteri) yang lebih hebat”. Lain kasus beda pasal, “di balik perempuan hebat belum tentu terdapat kehebatan lain”. Kodrati perempuan yang menjadikan posisinya sesuai fitrah.

 Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional, mengamanatkan bagi semua Kementerian, dan Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota untuk melakukan pengarusutamaan gender, sehingga seluruh proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program dan kegiatan di seluruh sektor pembangunan mempertimbangkan aspek gender.

 Dengan dijalankannya reforma agraria maka solidaritas nasional dapat dihadirkan. Tali persatuan kebangsaan antara masyarakat di tingkat yang paling bawah juga diperkuat. Melintasi batas segala suku, ras, agama, budaya dan gender, bahwa pelaksanaan reforma agrarian mempersatukan masyarakat penggarap sebagai penggerak cita-cita kebangsaan Indonesia yang satu. Pelaksanaan reforma agrarian juga mendorong hadirnya partisipasi masyarakat, bahkan dari yang paling bawah, sebagai subyek pembangunan nasional. (arahan KSP, Jakarta, 10 Desember 2016)

 Bentukan lain, berbasis tetek-bengek menjadikan masalah bangsa arus utama tetap begitu-begitu saja. Di bawah satu kendali. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar