Halaman

Minggu, 13 Desember 2020

demi negara, apalah arti sebuah rakyat

 demi negara, apalah arti sebuah rakyat

 Konstruksi Pancasila 5 Sila selaku entitas kompak, utuh, mewujud kian meneguhkan karakter anak bangsa petahana nusantara. Ketika partai politik merupakan badan hukum milik trah silsilah darah merah, terbiasa dengan langkah salah arah. Perusahaan tertentu dapat salah urus. Kelebihan energi atau terlalu ambisius untuk praktik politik secara mandiri. Kebesaran untuk mencuat ke permukaan normal, Over dosis dengan cita-cita politik memajukan anak cucu sebelum waktunya. Kader partai berketurunan menjadi beban tak ternilai.

 Selebihnya, daya tanggap minim atau pas-pasan untuk mengantisipasi tantangan persaingan dari pihak kamar sebelah, lokal, domestik maupun regional. Konflik internal partai seperti penetapan sasaran akhir tujuan kebijakan menjadi kendala konstan terpelihara. Teori bagaimanapun tetap mengindikasikan biaya politik pada kompleksitas pesta demokrasi, akan melebihi manfaat nyata, kinerja petugas partai.

  Terjawablah jika pelaku tipikor tidak jatuh jauh dari kepemilikan sebuah wujudan partai politik. Juga tidak. Ternyata dalil plus dalih ‘kepentingan’ merupakan mekanisme yang mampu menambal nilai minus. Bukan sekedar kebijakan tukang tambal kursi goyang. Bagi penikmat kursi konstitusi, paket lima tahunan sarat konsekuensi.

 Ketika suara pemilih pemula sama makna dengan hak pilih petugas partai.

 Mengingat daur ulang dosa politik, bencana politik teranyarkan, beberapa pemrihatin bangsa usul sistem kepartaian yang terpusat, berorientasi pada orang seyogyanya dilengkapi dengan mekanisme pasar. Semasa investor politik multipihak mendapat sambutan gelar karpet merah dari petugas partai, penguasa.

 Ternyata masih dan sedang berlanjut. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar