Halaman

Selasa, 08 Desember 2020

ketika masker bergeser sampai jidat

ketika masker bergeser sampai jidat

 Bisa terjadi sesuai hukum gravitasi, gaya tarik bumi, maka posisi diri saat pakai masker standar protokol kesehatan nusantara. Pehaman awam tapi umum, yaitu posisi kita terbalik. Kepala di bawah, kaki di atas. Tangan cari aman atau menjadi pengaman.

 Ternyata hanya sekedar asumsi simpel. Anak kecil saja bisa. Jangan remehkan anak bau kencur. Batasan umut tidak identik dengan derajat daya guna akal. Belum terformat oleh sentuhan kemasan PAUD, sang anak sudah paham berita orang dewasa yang masih remaja. Anak dicetak beresegera melampaui diri.

 Kejadian yang jadi secara kasat mata, dialami pihak yang bebas bergerak. Sah-sah saja berlaku laku tegakkan jidat menantang sinar matahari sepenggalah. Tak pakai pembuktian berat jenis tubuh plus gaya tatik bumi. Punggung sejajar bumi hingga jidat merapat ke tanah.

 Bagi saya, ihkwal tadi diperkuat atau menjadi modal push-up tangan mengepal. Langsung gigi 3 dan nafas penuh. Tidak kejar jumlah, hitungan atau waktu. Standar bugar jika berhenti pus-up, nafas tidak ngos-ngosan, Jelang akhir, masker protes bergerak menutupi mata. Terpaksa pejamkan mata tapi bukan tutup mata. Pastikan gerak terakhir posisi badan rata-rata bumi, tahan dan normalkan nafas. Bangkit pelan fungsikan mata terfokus. Kalau sampai melihat bumi seolah bergoyang, berputar. Pratanda. [HaéN]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar