Halaman

Minggu, 13 Desember 2020

pantang ajal sebelum meninggal

pantang ajal sebelum meninggal

Jiwa Pancasila nusantara, sekali duduk pantang bergeser apalagi berdiri. Tepatnya, kejadian perkara, peristiwa, kasus yang diliput masih sedang berjalan. Bertolak belakang dengan judul yang menunjukkan pen-duduk yang betah. Masyarakat manusia pemaham ‘dari tanah kembali ke tanah’, BAB dengan metode gali lubang langsung diisi dan timbun urug dengan tanah. Atau model kucing, menungging santai jika sudah sundul, pindah tempat.

 Fakta lapangan menunjukkan bahwa antara generasi bau kencur dengan generasi baut tanah, bukan halangan untuk tetap eksis di jalur, di lajur yang sama. Selain peramalan perumuran, pihak yang merasa ahli masa depan berujar bebas bahwa laga saing antar generasi kian sengit. Dalil tanpa sekat waktu dan batas jarak, membuat manusia nusantara yang lemah jiwa, sibuk mengamankan diri dari kenyataan hidup.

 Utamakan nikmat pantat abaikan nasib rakyat. Karakteristik kursi politik nusantara berdasarkan kategori, kontekstual. Kian tinggi resiko, rasa nikmat, rasa puas, rasa kenyang semakin turun. Berbanding lurus dengan ketagihan, kecanduan, tergila-gila sampai gila utuh, bulat, luar dalam.

 Uber nikmat dunia dengan jual diri, Terasa berlebihan, bombastis, tendensius. Juga tidak. Juga tidak konotatif atau terkesan negatif, miring. Secara filosofis memang demikianlah halnya. Maknai ‘jual diri’ dengan cakrawala yang luas. Orang berilmu lebih mulia tidak mengunakan ilmunya untuk dirinya sendiri. Ilmu jangan dibawa mati sia-sia. Ilmu yang bermanfaat bagi sesama umat, menghantarkannya sebagai amal tak terputus ketika umur sudah putus kontrak, [HaéN]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar