Halaman

Selasa, 29 Desember 2020

kalah pamor menang rumor

kalah pamor menang rumor

Seorang manusia punya daya selidik, gaya sidik yang menjadikan dirinya merasa serba bisa. Lebih serba lebih disbanding pihak lain, walau sekandung. Kalau sudah begini, urusan kemanusiaan terabaikan. Persaingan lebih karena tidak mau disaingi.

 Bayangkan batas realita kehidupan sebuah keluarga. Anak sulung lulusan secaba bayangkara. Adiknya alumnus akpol. Si bungsu jadi satpam. Banyak realitas harian terjadi secara realistis dinamis. Satu-satunya anak perempuan menjadi penyeimbang, penengah, penglipur duka lara ortu. Ketika mereka yatim, dinamika keluarga makin bergulir sesuai ombak waktu.

 Si sulung sudah 4x mengedarkan undangan nikah. Di lingkungan alat negara yang pengayom, ikhwal kawin boleh lebih dari sekali. Isteri tetap satu. Si bungsu yang anak sulungnya sejak bayi sudah diasuh mbahnya. Setelah sang anak injak SMA, sang isteri pilih dengan pilihan lain. Status suami kurang lihai mengamankan keutuhan rumah tangga.

 Sang nenek tetap konsisten dengan kebanggaan punya anak pamen polri. Hidup memang tidak ada duanya. [HaéN]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar