Halaman

Minggu, 06 Desember 2020

dilema petugas partai bakalan 2024. terima jadi vs laik tanding

 dilema petugas partai bakalan 2024. terima jadi vs laik tanding

 Sebutan kendaraan politik berawal dari kisah sukses presiden kedua RI menjadi penguasa tunggal Orde Baru. Formalitas liwat tata cara daripada pesta demokrasi, pemilihan umum. 6x pemilu berturut-turut, atas kehendak rakyat tetap menjadi mandataris MPR. Entah berapa kali Pelita dituntaskan. Otonomi daerah apalagi daerah otonomi baru, pemekaran wilayah belum dikenal.

 Jabatan sampai kepala desa/lurah sudah antri secara sistematis, masif bertarif. Pendekatan wilayah, sktuktur partai politik massa mengambang plus pola bintara pembina desa. Episode wawasan nusantara bukan sekedar wacana akademis. Pembangkang politik alias oposisi bersubsidi mendapat perhatian khusus. Kalau tidak mau dirangkul, langsung didengkul.

 Loncat ke zaman sarat kelaziman. Asal secara aklamasi, akal sehat malah dianggap aneh. Dianggap melanggar adat dan tata krama politik global rasa lokal. Ikut di jalur norma politik berbasis budaya luhur, dianggap bertentangan dengan kebijakan penguasa. Tatanan plus tataran politik nusantara plua, ingat “di atas kursi masih ada kursi”.

 Di  kolong langit ibu Pertiwi, di atas hamparan bumi nusantara. Analog keterbalikan 180 derajat. Di balik amanat rakyat, seperti ada peluang, kesempatan pihak terpercaya untuk ambil sikap tindak bebas. Bisnis politik menjadikan pihak pembeli kepercayaan, merasa berhak menentukan nasib bangsa. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar