Halaman

Kamis, 24 Desember 2020

memperbarui harapan vs menyederhanakan peluang

memperbarui harapan vs menyederhanakan peluang

 Agresi pandemi covid-19 sudah makan korban berlapis. Sebut saja perombakan barisan pembantu presiden. Dengan kata lain, sejak dilantik sudah terbaca kinerja. Tidak beda jauh dengan analisa politik pada hasil perombakan. Ada pihak yang merasa dirugikan. Bagaimana pernasiban rakyat, serahkan kepada sentimen pasar tradisional.

 Setiap pergantian orang pada jabatan kepala daerah, rakyat paham dengan akal politik ybs. Pilkada serentak 2020 terbaca peta politik jelang 2024. Skenario pernasiban rakyat daerah sesuai format 5 tahun ke depan. Konsistensi daya dan rasa kesabaran rakyat diuji ulang dengan bahan uji yang tidak beda jauh. Wakil rakyat sibuk bergesekan dengan kepala daerah soal sistem bagi hasil, pola tukar guling.

 Bayangkan, dengan tetap munculnya orang yang sama selaku kepala negara, presiden di periode kedua. Pengalaman di periode kedua SBY bukan sebagai acuan. Kultur politik presiden ketujuh, bernuansa merah jelita. Status statis ‘petugas partai’ identik posisi nusantara di kancah global. Potensi merugikan negara bisa dianulir secara politis.

 Generasi milenial, tengok generasi digital kemasan, label 4G namum isi, konten, kadungan tetap 2G. Jauh dari tipa-tipu. Memanfaatkan sentimen dan gaya anak kemarin sore yang sok trendi. Naluri pebisnis ikut main, tindak turun tangan terang-terangan.

 Adab berkenormalan 2021, tidak jauh-jauh dari prosesi hidup berdampingan dengan covid-19. Adab pasang badan kawanan loyalis kian membangkitkan selera rakyat untuk lebih baik tidur siang ketimbang. [HaéN]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar