Halaman

Minggu, 03 Februari 2019

profil jiwa umat Islam, bebas aktif plus dinamis pro-aktif


profil jiwa umat Islam, bebas aktif plus dinamis pro-aktif

Agama tauhid yang sampai akhir zaman dan membawa umat Islam selamat sampai akhirat, menjelaskan tentang macam jiwa manusia:
Pertama. Nafs ammarah (jiwa yang selalu menyuruh pada kejahatan);
Kedua. Nafs lawwamah (jiwa yang selalu menyesali);
Ketiga. Nafs muthmainnah (jiwa yang tenang).

Manusia diciptakan pada bentuk yang terbaik. Lebih lanjut, Al Qur’an menjelaskan: Allah swt yang menciptakan  dan menyempurnakan penciptaan-Nya. Membentuk manusia lalu membaguskan rupa. Dia membentuk rupa manusia dan dibaguskan-Nya.  Allah swt menyempurnakan kejadian manusia dan menjadikan susunan tubuh manusia seimbang.

Masalahnya, proses kemanfaatan jiwa raga, efektivitas lahir batin, keterpaduan jasmani rokhani manusia sesuai perjalanan waktu, terkadang tak seiring sejalan. Tak berimbang. Kurang harmonis. Atau seolah tak ada sinerji.

Kemasan, paket jiwa-raga islami. Allah swt menyukai hamba-Nya yang kuat. Jangan tinggalkan generasi yang lemah. Tak ada hubungan pria lemah gemulai. Tepatnya pria tulang lunak, tapi eksis di layar kaca. Sebagai idola generasi yang melek teknologi.

Takaran jiwa mengacu kesehatan jiwa.  Adalah UU 18/2014 tentang Kesehatan Jiwa. Simak ketentuan umum pasal 1, ayat 1. Tersurat:

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1.        Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.

Langsung saja kita jelajah aneka kejadian terkait kesehatan jiwa. Dimungkinkan bisa kupas kesehatan jiwa bangsa.

Wajar jika anak bangsa pribumi Nusantara berpotensi besar mengalami gangguan kecemasan menyeluruh atau Generalized Anxiety Disorder (GAD).

Faktor penyebab terjadinya GAD, terutama karena faktor genetik, pembawa sifat atau keturunan. Masyarakat Jawa masih ada yang setia dengan pertimbangan babat, bibit, bobot, bebet. Tingkat pengulangan bisa selang-seling, silang.  Faktor internal lainnya, biologik, kepribadian, adat, pola ajar dan didik. Lingkungan, mulai keluarga, tempat tinggal dan kawan gaul.

Kembali ke pokok subtansi yaitu jiwa yang tenang. Singkat kata, ini menjadi modal juang berbasis suasana kebatinan sekaligus kondisi yang akan diraih maupun sekaligus sebagai syarat utama hak milik.

Kehidupan bermasyarakat skala lingkungan tempat tinggal. Kendati berada di jalur yang benar dan baik. Komunitas umat Islam tidak serta merta bebas melaju. Ukhuwah di musholla, di masjid pun tidak selamanya bulat utuh. Cerdas dan kehati-hatian dengan kerikil kecil.

Tantangan maupun implikasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Efek domino tekanan arus global, akan kian masif, inténs. Gerakan aksi senyap di permukaan, secara formal kenegaraan. Bak padat merayap. Intervensi, invansi 24 jam di semua aspek kehidupan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar