profil jiwa umat Islam,
bebas aktif plus dinamis pro-aktif
Agama tauhid yang sampai akhir zaman
dan membawa umat Islam selamat sampai akhirat, menjelaskan tentang macam jiwa
manusia:
Pertama. Nafs ammarah (jiwa
yang selalu menyuruh pada kejahatan);
Kedua. Nafs lawwamah (jiwa
yang selalu menyesali);
Ketiga. Nafs muthmainnah
(jiwa yang tenang).
Manusia diciptakan pada bentuk yang
terbaik. Lebih lanjut, Al Qur’an menjelaskan: Allah swt yang menciptakan dan menyempurnakan penciptaan-Nya. Membentuk
manusia lalu membaguskan rupa. Dia membentuk rupa manusia dan
dibaguskan-Nya. Allah swt menyempurnakan
kejadian manusia dan menjadikan susunan tubuh manusia seimbang.
Masalahnya, proses kemanfaatan jiwa
raga, efektivitas lahir batin, keterpaduan jasmani rokhani manusia sesuai
perjalanan waktu, terkadang tak seiring sejalan. Tak berimbang. Kurang
harmonis. Atau seolah tak ada sinerji.
Kemasan, paket jiwa-raga islami.
Allah swt menyukai hamba-Nya yang kuat. Jangan tinggalkan generasi yang lemah.
Tak ada hubungan pria lemah gemulai. Tepatnya pria tulang lunak, tapi eksis di
layar kaca. Sebagai idola generasi yang melek teknologi.
Takaran jiwa mengacu kesehatan jiwa.
Adalah UU 18/2014 tentang Kesehatan
Jiwa. Simak ketentuan umum pasal 1, ayat 1. Tersurat:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini
yang dimaksud dengan:
1.
Kesehatan
Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Langsung saja kita jelajah aneka
kejadian terkait kesehatan jiwa. Dimungkinkan bisa kupas kesehatan jiwa bangsa.
Wajar jika anak bangsa pribumi
Nusantara berpotensi besar mengalami gangguan kecemasan menyeluruh atau Generalized
Anxiety Disorder (GAD).
Faktor penyebab terjadinya GAD, terutama
karena faktor genetik, pembawa sifat atau keturunan. Masyarakat Jawa masih ada
yang setia dengan pertimbangan babat, bibit, bobot, bebet. Tingkat pengulangan bisa selang-seling,
silang. Faktor internal lainnya, biologik,
kepribadian, adat, pola ajar dan didik. Lingkungan, mulai keluarga, tempat
tinggal dan kawan gaul.
Kembali ke pokok subtansi yaitu jiwa
yang tenang. Singkat kata, ini menjadi modal juang berbasis suasana kebatinan sekaligus
kondisi yang akan diraih maupun sekaligus sebagai syarat utama hak milik.
Kehidupan bermasyarakat skala
lingkungan tempat tinggal. Kendati berada di jalur yang benar dan baik. Komunitas
umat Islam tidak serta merta bebas melaju. Ukhuwah di musholla, di masjid pun
tidak selamanya bulat utuh. Cerdas dan kehati-hatian dengan kerikil kecil.
Tantangan maupun implikasi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Efek domino tekanan arus global, akan kian masif, inténs.
Gerakan aksi senyap di permukaan, secara formal kenegaraan. Bak padat merayap. Intervensi,
invansi 24 jam di semua aspek kehidupan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar