modal dengkul minta imbalan
kursi
ramé ing gawé sepi ing pamrih, tak berlaku di industri politik. No free lunch, menjadi pedoman
resmi tak tertulis. Sederhananya, mau menumpang buang air kecil, berbayar. Untuk
biaya operasi dan pemeliharaan toilet.
Kendati manusia politik. Mulai dari kadar bolodupak sampai klas petugas
partai. Isih doyan mangan sego. Kalau sudah soal demi wibawa negara. Tepatnya untuk rebut hati rakyat. Pakai
rumus mangan ora mangan sing
penting wareg.
Meleknya kelas menengah Indonesia terhadap arus informasi didukung bulat
oleh rasa akrab dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Strata ini memposisikan
informasi ibarat peta jalan. Pedoman harian. Sedemikian baku bagi langkah
hariannya. Melebihi penunjuk waktu.
Kendati bukan kader partai. Namun ‘wajib’
tahu status politik. Informasi seputar politik sebagai masukan. Bukan sekedar melek
politik, sadar diri akan haknya sebagai warga negara. Jangan sampai gagal
paham. Lebih dari itu dapat sumbang suara, urun rembug liwat media sosial.
Politik dan demokrasi menjadi pasangan dua sisi yang saling menyangatkan. Bukan
saling adu debat. Terjadi pasal berdasarkan fakta dan data. Bahwasanya terjadi alih
daya demokrasi tradisional berbasis lembaga perwakilan menjadi demokrasi
digital yang berbasis internet.
Seperti yang pernah saya olahkatakan, demokrasi perwakilan vs demokrasi
tanpa perantara. Birokrasi tanggap orang tenggelam dengan mengadakan rapat
darurat. Apakah orang tsb layak ditolong atau tidak. Siapa yang paling berhak. Pihak
mana yang sangat berkepentingan menolong.
Sialnya. Politik dan demokrasi berdasarkan hukum rimba. Ada yang menang dan
ada yang kalah. Yang menang atau juara umum, dipastikan akan menyabet semua
kursi.
Sasaran utama politik dalam negeri Nusantara. Terjaminnya kebebasan sipil
dan terpenuhinya hak-hak politik rakyat dengan capaian IDI aspek kebebasan
sipil sebesar 87, dan hak-hak politik sebesar 68 pada tahun 2019.
Mengacu asas konsep diri (self) dan aktualiasi diri (self
actualization) merupakan bukti keseimbangan jiwa raga manusia. Wajar jika akal
mental kawanan loyalis penguasa. Pakai paribasan durung ditaréni wis ngarani.
Lebih dari itu. Durung-durung wis nembung. Saudara dekat tulung amenthung. Lebih parah lagi, sesuai peribahasa ‘belum meminang sudah menimang’. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar