Halaman

Senin, 25 Februari 2019

politik kreatif pasca mabuk olok-olok dan nista diri


politik kreatif pasca mabuk olok-olok dan nista diri

Politik kreatif tak muncul begitu saja. Diyakini akibat jenuh hafalan revolusi mental di 2014-2019. Menyerupai politik digital. Sang operator jelas bukan bak programmer computer zaman bahula. Syarat minimal mahir memainkan ujung jari. Komplitnya, ahli mendramatisir manfaat ujung lidah.

Mengandalkan angan-angan dan pengalaman hidup dari sumber daya manusia dengan Mesin sebagai faktor utama 5M dalam praktik politik. Robot hidup dengan sisa imajinasi.

Politik kreatif adalah aksi modus politik yang menjadikan kreativitas aneka ujaran penistaan, budaya pembodohan diri, daya olok-olok politik tumpuan masa depan.

Politik kreatif merupakan daya penggerak pergeseran dan peradaban politik lokal. Lacak pada tingkatan produktivitas kawanan anak bangsa klas sublokal. Terkontaminasi adonan multinasional. Gamang atau gagal paham ikut arus semiglogal.

Adalah manusia dan atau orang asli Nusantara. Berdaya serap tinggi akan kemajuan teknologi. Hitungan jantung secara digital. Daya kreatif dibutuhkan untuk tetap bertahan melampaui umurnya.

Kawanan anak bangsa pribumi berdaya tanding dan sekalgus sebagai cadangan sumber daya manusia terbarukan. Liwat mekanisme eksploitasi modal kreativitas.

Agar politik kreatif tidak rontok sebelum jatuh tempo. Kiat sukses adalah harus ada kreativitas segala menu. Esensi, hakikatangan-angan bawah sadar. Otentik, original dan dapat diproteksi oleh Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).

Di Indonesia, politik kreatif memang produk unggulan pemerintah. Jangan sampai ada yang melek politik malah nantinya minta jatah. Bagian nyata, utuh dari wujud politik bagi hasil.

Modal dengkul saja sudah minta jatah kursi.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar