Halaman

Kamis, 28 Februari 2019

budipekerti bangsa tergantung adab politik Nusantara


budipekerti bangsa tergantung adab politik Nusantara

Apalagi jilka merupoakan hasl kajian akademis. Bukan sekedar hasil survei tanpa survei. Kesimpulan atas jajag pendapat atau survei berbayar dengan metode hitung mundur. Judul di atas, menunjukkan betapa moral pelaku politik sampai tingkatan petugas partai sedemikan demikian-demikannya.

Budipekerti bukan hanya sifat internal dari diri manusia. meluas ke lingkungan atau alam. Pandangan hidup sampai susah hidup masyarakat Jawa meyakini. Jika andai manusia atau bangsa berada di lingkungan alam budi yang luhur, akan mewujudkan rasa kebajikan. Maunya mau berbuat baik apa saja. Pokoknya baik saja sudah cukup sebagai modal.

Bukan kodrati atau karakter bawaan. Kebanyakan orang budinya masih labil. Sudah kokoh namun masih ada daya rentan, riskan, risiko. Pemahaman atas apa itu pilitik, harus melalui cerita anak. Melalui penokohan sosok yang dianggap hero. Mewaklili kekurangan atau kelabilan diri.

Budipekerti yang bersifat universal, global tetap berada sejajar dengan kehidupan manusia. Manusia dengan dirinya selalu sibuk mencari hakikat hidup – sangkan paran dumadi – dan realitas jati diri, maupun wujud nyata eksistensi yang sejati.

Semula politik Nusantara berawal, berasal, bermula dari galian Pancasila.

Ketika bangsa Indonesia pasca Proklamasi mencari bentuk hubungan keterkaitan, kesalingan, interaksi maupun relasi timbal balik dengan negara lain. Daya cegah tangkal  didominasi rasa mengakomodir kepentingan semua pihak yang merasa berjasa.

Sebagai negara agraris. Utamakan doeloe P4T-nya. Bukan mau menanam apa. Tidak sesuai dengan syarat teknis, bisa-bisa malah sibuk cari lahan yang cocok. Galian bumi, sedotan laut yang katanya bisa mensejahterakan rakyat. Malah terdampak paparan asap program/kegiatan ‘karhutla’.

Kejadian peristiwa perkara terkait alam. Sampai-sampai alam yang semula ramah. Mampu mengingatkan manusia dan kemanusiaan ‘manusia politik’. Sampah politik berupa olok-olok politik bak bumerang, senjata makan tuan. Tidak hanya itu. Sampah politik global bak B3, menjadi menu utama anak bangsa primitive pribumi. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar