budipekerti bangsa tergantung adab politik Nusantara
Apalagi jilka merupoakan hasl kajian akademis. Bukan sekedar hasil survei
tanpa survei. Kesimpulan atas jajag pendapat atau survei berbayar dengan metode
hitung mundur. Judul di atas, menunjukkan betapa moral pelaku politik sampai
tingkatan petugas partai sedemikan demikian-demikannya.
Budipekerti bukan hanya sifat internal dari diri manusia. meluas ke lingkungan
atau alam. Pandangan hidup sampai susah hidup masyarakat Jawa meyakini. Jika andai
manusia atau bangsa berada di lingkungan alam budi yang luhur, akan mewujudkan
rasa kebajikan. Maunya mau berbuat baik apa saja. Pokoknya baik saja sudah
cukup sebagai modal.
Bukan kodrati atau karakter bawaan. Kebanyakan orang budinya masih labil. Sudah
kokoh namun masih ada daya rentan, riskan, risiko. Pemahaman atas apa itu
pilitik, harus melalui cerita anak. Melalui penokohan sosok yang dianggap hero.
Mewaklili kekurangan atau kelabilan diri.
Budipekerti yang bersifat universal, global tetap berada sejajar dengan
kehidupan manusia. Manusia dengan dirinya selalu sibuk mencari hakikat hidup – sangkan paran dumadi – dan realitas jati diri, maupun wujud nyata eksistensi yang sejati.
Semula politik Nusantara berawal, berasal, bermula dari galian Pancasila.
Ketika bangsa Indonesia pasca Proklamasi mencari bentuk hubungan
keterkaitan, kesalingan, interaksi maupun relasi timbal balik dengan negara
lain. Daya cegah tangkal didominasi rasa
mengakomodir kepentingan semua pihak yang merasa berjasa.
Sebagai negara agraris. Utamakan doeloe P4T-nya. Bukan mau menanam apa. Tidak
sesuai dengan syarat teknis, bisa-bisa malah sibuk cari lahan yang cocok. Galian
bumi, sedotan laut yang katanya bisa mensejahterakan rakyat. Malah terdampak
paparan asap program/kegiatan ‘karhutla’.
Kejadian peristiwa perkara terkait alam. Sampai-sampai alam yang semula
ramah. Mampu mengingatkan manusia dan kemanusiaan ‘manusia politik’. Sampah politik
berupa olok-olok politik bak bumerang, senjata makan tuan. Tidak hanya itu. Sampah
politik global bak B3, menjadi menu utama anak bangsa primitive pribumi. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar