Halaman

Rabu, 13 Februari 2019

kakéhan sing édan tenan


kakéhan sing édan tenan

Politik tanpa akhlak dan atau akhlak tanpa politik.  Sejatinya politik berjalan bareng dengan tegaknya pemerintah. Struktur politik kokoh mengakar ke rakyat. Bukan sekedar simbol. Siapa pun manusia politik Nusantara yang memuliakan bangsanya.

Anak bangsa pribumi lebih cepat terangsang syahwatnya. Bau wangi liwat, langsung hati blingsat. Dekat kursi penguasa, merasa menjadi bagian utama. Ironis binti miris, menyanjung saja. Rasanya sudah melakukan perbuatan mulia.

Kadar atau sadar politik menanjak. Bela juragan, sigap pasang badan. Terasa lebih heroik ketimbang bela negara, cinta tanah air. Libas lawan politik dengan daya nafsu setan. Jangan sampai ada pihak kamar di petakan lain berani buka mulut. Mengkritisi kondisi ketua umum sama saja dianggap sudah bosan hidup.

Bukan hanya karena tidak ada pasal kejahatan politik. Kendati UU menyuratkan penyebab pertama dan utama konflik sosial adalah politik. Pesta demokrasi pada babakan kampanye sebagai ajang adu kuat jualan politik.

Tayangan iklan, pariwara di layar kaca. Produk asing dibandingkan olahan bahan baku lokal, lebih digdaya. Tahan injak. Harga lebih merakyat. Tersedia untuk partai kecil. Dikonsumsi 10 kawan partai dari 3 kader loyal.

Manusia politik digembleng sebagai warga binaan. Lulus tanpa remisi. Bak pahlawan pulang kemalaman. Bisa melanjutkan periode atau pindah jalur. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar