kakéhan sing édan tenan
Politik tanpa akhlak dan atau akhlak tanpa politik. Sejatinya politik berjalan bareng dengan
tegaknya pemerintah. Struktur politik kokoh mengakar ke rakyat. Bukan sekedar
simbol. Siapa pun manusia politik Nusantara yang memuliakan bangsanya.
Anak bangsa pribumi lebih cepat terangsang syahwatnya. Bau
wangi liwat, langsung hati blingsat. Dekat
kursi penguasa, merasa menjadi bagian utama. Ironis binti miris, menyanjung
saja. Rasanya sudah melakukan perbuatan mulia.
Kadar atau sadar politik menanjak. Bela juragan, sigap
pasang badan. Terasa lebih heroik ketimbang bela negara, cinta tanah air. Libas
lawan politik dengan daya nafsu setan. Jangan sampai ada pihak kamar di petakan
lain berani buka mulut. Mengkritisi kondisi ketua umum sama saja dianggap sudah
bosan hidup.
Bukan hanya karena tidak ada pasal kejahatan politik. Kendati
UU menyuratkan penyebab pertama dan utama konflik sosial adalah politik. Pesta demokrasi
pada babakan kampanye sebagai ajang adu kuat jualan politik.
Tayangan iklan, pariwara di layar kaca. Produk asing dibandingkan
olahan bahan baku lokal, lebih digdaya. Tahan injak. Harga lebih merakyat. Tersedia
untuk partai kecil. Dikonsumsi 10 kawan partai dari 3 kader loyal.
Manusia politik digembleng sebagai warga binaan. Lulus tanpa
remisi. Bak pahlawan pulang kemalaman. Bisa melanjutkan periode atau pindah
jalur. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar