Halaman

Minggu, 03 Februari 2019

peolok-olok politik Nusantara, membagi dan atau mentransfer pahalanya


peolok-olok politik Nusantara, membagi dan atau mentransfer pahalanya

Daya spiritual masyarakat atau wong Jawa yang masih eksis, utuh tak tergerus peradaban. Mata batin lebih tajam ketimbang mata indra atau penilaian fisik. Juga tidak. Tongkrongan, cashing seseorang tak serta begitu isinya. Boleh beda kulit tapi isi tetap sama. Contoh pada ketupat dan lontong.

Krisis moneter, yang asing di kuping rakyat akar rumput. Marak di skala dunia, global. Uji nyali bersama. Kondisi tersebut menguntungkan politik Nusantara. Terbukti dengan lengser keprabon presiden kedua RI. Reformasi meluncur deras, bebas dari puncaknya, 21 Mei 1998.

Daya batin masyarakat pencinta Nusantara, dibenturkan pada fakta. Krisis jiwa politik melampaui daya dukung, daya tampung manusia politik. Tanpa sadar malah menemukan dimensi anyar terbarukan. Direnungi lebih seksama, ternyata mereka terjebak di dimensi semu, hampa, buatan.

Di ruang hampa, mereka menemukan jati diri. Hampa diri satu bahasa, satu kerapan atau frekuensi  dengan rasa hampa. Sukses dunia tak mejadikan manusia politik lega hati. Mantap jiwa. Kian argo politik bak kuda liar, pandangan kian terfokus, lurus menembus harga diri.

Martabat sesuai keberanian menghujat sekaligus menjilat maupun menjilat untuk meghujat.

Tak berlebihan jika olok-olok politik, awal bobrok dan borok moral bangsa. Atas petunjuk bapak presiden, akhirnya komplikasi bencana, olok-olok politik vs doa rakyat. Berkat keijakan partai akhirnya olok-olok politik menjadi senjata makan tuan.

Peradaban TIK membuat manusia mampu melampaui daya angan-angannya. Namanya fantasi, jelas sudahelaju melesat. Sedangkan pantat orangnya masih teronggok di tempat. Orangnya di mana, daya jangkau, jelajah kicauannya sudah sampai kemana saja. Tak terikat waktu dan tak terpaku tempat. Mirip modus genderuwo di tanah Jawa.

Wejangan luhur manusia luhur. Pahala jangan dibuang percuma. Minimal dipertahankan pada tariff atau harga jual saat ini. jangan diobral dengan bumbu janji. Ujung jari membuat bahasa tulis yang seharusnya keluar bak kentut. Sama halnya menguras pahala diri buat orang lain yang jadi sasaran olok-olok. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar