Halaman

Jumat, 08 Februari 2019

Indonesia datang tahun politik, memperbanyak dukungan vs mengurangi kepercayaan rakyat


Indonesia datang tahun politik, memperbanyak dukungan vs mengurangi kepercayaan rakyat

Semaju-majunya sebuah negara. Menyangkut soal raih jabatan tertinggi, semisal presiden. Akal sehat terabaikan. Kalkulasi poitik tidak bisa mengandalkan biaya politik, mahar politik sampai bayar survei tanpa survei. Mempertahankan status pemegang juara, lebih berat daripada merebut.

Menghadapi persaingan melebihi berebut bangku sekolah. Di atas usaha rata-rata kiat untuk lanjut tuntut ilmu ke perguruan tinggi. Syarat ketat bukan diikuti, tetapi disiasati. Masuk lapangan kerja yang ditentukan nasibnya dengan adu cerdas. Semua bebas menggunakan jurus.

Pendekatan ke rakyat tidak bisa dadakan atau dengan dalih cari simpati tapi curi antipati. Membangun kepercayaan rakyat dengan laku amal. Bukan obral janji, pamer kuasa. Kendati rakyat buta politik, tetapi tidak gagal paham.

Ibarat usir anjing galak di jalan. Bukannya menghubungi si pemilik atau kompromi dengan  pihak berwajib.  Malah ramai-ramai uber, main gebuk. Solidaritas anjing dipermainkan. Repot.

Bukan sekedar lempar dadu politik yang hanya dua angka. Titik keseimbangan tidak dijaga. Lebih gemar beratkan timbangan. Wajar, namanya cari muka. Seperti anak kecil angkat tangan, unjuk telunjuk. Agar ditunjuk atau mencari perhatian. Sambil sikutnya main. Kaki sibuk incar dan injak kaki lawan.

Meninggikan bangunan agar tampak megah. Mengangkat angkatan agar nila jual terangkat. Lupa pondasi. Mendadak lupa doa akar rumput. Sambung menyambung dalam hitungan menit. Kian terbendung bak rencana tembok pemisah dengan kamar sebelah. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar