Halaman

Rabu, 13 Februari 2019

demi kebebasan ujung jari


demi kebebasan ujung jari

Genre musuik, lagu dengan lirik “ujung jarimu . . .” pernah membekas di hati pemirsa pada zamannya. Penyanyinya didominasi kaum adam. Memang lagu untuk atau tentang kaum hawa. Rasa dan nada juang terasa, memang masih hangat-hangatnya semangat revolusi. Atau. Mental penyanjungan sudah membiak.

Revolusi tembang dimulai dengan ketika BK melarang lagu nekolim. Musik ngak-ngik-ngok. Gaya kuda jingkrak. Mental bangsa diuji liwat pendengaran. Belum banyak yang bisa buka mulut. Sumbang suara apalagi suara sumbang. Tersihir orator BK. TVRI mulai mengudara awal tahun 60an.

Menu ‘nasakom’, sedemikan garangnya. Kendati kalangan mililter, kaum serdadu masih nyaman di baraknya. Nusantara sudah mengenal negara multipartai. Bedanya, demi bangsa.

Perjalanan sejarah bangsa. Revolusi mentak menjadikan mental pengguna aktif produk TIK berbasis UU ITE. Diawali larang ujaran kebencian oleh Polisi Negara RI. Seperti pembuka jalan bagi penguasa untuk buka mulut. Daya kritis rakyat diimbangi penistaan agama.

berawal kampanye politik oleh petahana pilkada serentak sampai pemilu serentak 17 April 2019. Kandungan janji politk terasa usang. Menghantam lawan politik dengan aneka modus, serba rekayasa, sarat manipulasi sejak dini.

Produk utama propaganda, provokasi, promosi berbasis berita fasik menjadi menu utama. Pihak penabur dan penebar penistaan diri, pandir diri diberi ruang dan peluang. Media sosial atau media-mediaan lainnya diumbar oleh pihak berwajib.

Antar anak bangsa pribumi yang melek teknolgi, dibiarkan saling adu licik. Pamer bego. Olok-olok politik menjadi andalan penguasa. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar