Halaman

Rabu, 13 Februari 2019

impor jagung ke kebun kita


impor jagung ke kebun kita

Jagung. Bahan pokok makanan tradisional. Misal, grontol, marning. Lauk bergedel andalan warteg. Jelas untuk semua klas, jagung bakar dan atau jagung rebus. Bergensi, popcorn, olah dapur pakai jagung khusus. Tak bisa jadi bibit.

Kebutuhan dalam negeri. Selain contoh di atas, ada jenis jagung pakan ternak. Jagung lokal bisa menjadi trade mark sebuah provinsi. Bubur jagung bisa menjadi menu hotel berbintang. Sayur asam tanpa jagung kurang sesepan. Jagung muda, baby jagung dan jenis lain, menambah alternatif kuliner.

Lagu anak-anak karangan ibu Soed. Hanya berlaku pada waktu itu. Cuplikan lirik “menanam jagung di kebun kita”. Karena pekarangan kalah oleh kebutuhan ruang tempat tinggal. Bahkan laris manis adalah tipe rumah tanpa halaman. Atau jagung tidak hanya komoditas ekonomi. Kian diolah dalam angka, menjadi komoditas politik.

Fakta maupun data impor jagung versi BPS. Masih sedang akan berlangsung. Abaikan angka. Fokus ke program/kegiatan kemandirian pangan dan ketahanan pangan termasuk jagung. Petani jagung bisa layak hidup. Bukti kepedulian pemerintah. Menambah angkatan kerja. Bukti sensitivitas penguasa akan nasib perjuangan penanam jagung di ladang orang.

NKRI dikelilingi lautan. Bukan jaminan garam cukup untuk industri maupun komponen utama bumbu dapur keluarga.

Nasib jagung tak kalah baik juga tak kalah buruk dengan kedelai. Tolok ukur pada kapasitas perut. Soal nilai transaksi, itu hak milik pembuat kebijakan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar