impor jagung ke kebun kita
Jagung. Bahan pokok makanan tradisional. Misal, grontol,
marning. Lauk bergedel andalan warteg. Jelas untuk semua klas, jagung bakar dan
atau jagung rebus. Bergensi, popcorn, olah
dapur pakai jagung khusus. Tak bisa jadi bibit.
Kebutuhan dalam negeri. Selain contoh di atas, ada jenis
jagung pakan ternak. Jagung lokal bisa menjadi trade mark sebuah
provinsi. Bubur jagung bisa menjadi menu hotel berbintang. Sayur asam tanpa
jagung kurang sesepan. Jagung muda, baby
jagung dan jenis lain, menambah alternatif kuliner.
Lagu anak-anak karangan ibu Soed. Hanya berlaku pada
waktu itu. Cuplikan lirik “menanam jagung di kebun kita”. Karena pekarangan kalah oleh kebutuhan ruang tempat
tinggal. Bahkan laris manis adalah tipe rumah tanpa halaman. Atau jagung tidak
hanya komoditas ekonomi. Kian diolah dalam angka, menjadi komoditas politik.
Fakta maupun data impor jagung versi BPS. Masih sedang akan
berlangsung. Abaikan angka. Fokus ke program/kegiatan kemandirian pangan dan
ketahanan pangan termasuk jagung. Petani jagung bisa layak hidup. Bukti kepedulian
pemerintah. Menambah angkatan kerja. Bukti sensitivitas penguasa akan nasib perjuangan
penanam jagung di ladang orang.
NKRI dikelilingi lautan. Bukan jaminan garam cukup untuk industri
maupun komponen utama bumbu dapur keluarga.
Nasib jagung tak kalah baik juga tak kalah buruk dengan
kedelai. Tolok ukur pada kapasitas perut. Soal nilai transaksi, itu hak milik
pembuat kebijakan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar