Halaman

Senin, 25 Februari 2019

aja demen ngèlèk-ngèlèk sedulur, apa manèh ngèlèki


aja demen ngèlèk-ngèlèk sedulur, apa manèh ngèlèki

Anak bangsa pribumi, probumi, sukabumi sarat dengan rasa rajin. Kerajinan mulut, kerajinan ujung lidah mengukir kalimat yang lebih tajam ketimbang sembilu. Kerajinan tangan, kerajinan ujung tangan mampu menorehkan kata, kalimat yang membuat setan terperanjat.

Jangan salahkan media masa, media sosial, media digital. Selain tergantung orangnya. Pihak yang berwajib seolah membiarkan perang kata, adu kalimat. Memakai bahasa dan kamus yang tidak dirokemendasi.

Selingan ringan. Jika media asing tidak berkomentar atas sandiwara debat politik. Contoh sederhana, debat capres yang sampai dua kali. Artinya, memang jauh dari layak untuk dikomentari. Atau karena tidak condong ke penguasa, tidak diekspose.

Kantor berita resmi negara tetangga lebih suka olah kabar impor asap gratis dari NKRI. Teror bom di negara utara Nusantara. Pihak keamanan setempat memakai modus ‘langsung sudah tahu’.

Sadar mulut, sadar ujung jari putra-putri terbaik daerah, sudah jauh di bawah ambang sadar.

Sedikit mendapat amunisi dari penguasa, langsung membara. Siap libas pihak lawan. Tak peduli itu teman sekamar, kawan seranjang. Apalagi sekutu beda kamar.

Ingat saloka satru munggwing cangklakan. Alias, musuh berada di ketiak. 'Musuh dalam selimut’. Canglakan mbokdé mukiyo, dudu lakang. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar