indéks édukasi démokrasi Nusantara, kenakalan remaja vs
kediktatoran penguasa
Dipastikan dengan kemungkinan ketidakpastian. Indeks
persepsi, sentimen pasar, nilai tukar presiden, bursa saham atau efek, kurs
tengah, angka harapan hidup maupun standar, skala kediktatoran. NKRI wajib
bersyukur lahir batin. Betapa ramah bangsa menjadi tolok ukur ketahanan
ideologi.
Demokrasi
Nusantara tidak megenal teroi kejahatan politik, kelompok politik
terpinggirkan, konflik politik, bencana politik. Kalau cuma olok-olok politik,
sekedar dinamika jaga wibawa negara. Dipelihara oleh negara. Agar sigap 24 jam,
diberi menu madu plus telur ayam babon mentah rasa jagung impor.
Jadinya, bencana politik bukan musibah bangsa. Alam ikut
bertegur sapa, tarik suara senyap, dikira ada dukungan nyata leluhur. Pemerataan
atau tiadanya kesenjangan alam yang ramah, bukti peduli penguasa ke penghuni
bumi Nusantara.
Indonesia kian krisis negarawan, paceklik pancasilais
atau predikat nasionalis, patriotis, herois. Gerakan anti-Pancasila
terselubung, senyap maupun terang benderang kian nyata. Dilakukan oleh kawanan
simpatisan, barisan relawan, loyalis lokal sebuah parpol. Kader parpol cukup duduk
manis, atur strategi.
Rumus politik, kian bersemboyan pro-rakyat, kedok modus
politik oplosan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar