Halaman

Sabtu, 02 Februari 2019

indéks édukasi démokrasi Nusantara, kenakalan remaja vs kediktatoran penguasa


indéks édukasi démokrasi Nusantara, kenakalan remaja vs kediktatoran penguasa

Dipastikan dengan kemungkinan ketidakpastian. Indeks persepsi, sentimen pasar, nilai tukar presiden, bursa saham atau efek, kurs tengah, angka harapan hidup maupun standar, skala kediktatoran. NKRI wajib bersyukur lahir batin. Betapa ramah bangsa menjadi tolok ukur ketahanan ideologi.

Demokrasi  Nusantara tidak megenal teroi kejahatan politik, kelompok politik terpinggirkan, konflik politik, bencana politik. Kalau cuma olok-olok politik, sekedar dinamika jaga wibawa negara. Dipelihara oleh negara. Agar sigap 24 jam, diberi menu madu plus telur ayam babon mentah rasa jagung impor.

Jadinya, bencana politik bukan musibah bangsa. Alam ikut bertegur sapa, tarik suara senyap, dikira ada dukungan nyata leluhur. Pemerataan atau tiadanya kesenjangan alam yang ramah, bukti peduli penguasa ke penghuni bumi Nusantara.

Indonesia kian krisis negarawan, paceklik pancasilais atau predikat nasionalis, patriotis, herois. Gerakan anti-Pancasila terselubung, senyap maupun terang benderang kian nyata. Dilakukan oleh kawanan simpatisan, barisan relawan, loyalis lokal sebuah parpol. Kader parpol cukup duduk manis, atur strategi.

Rumus politik, kian bersemboyan pro-rakyat, kedok modus politik oplosan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar