sangkan paraning dumadi,
dasar peranakan vs watak turunan
Tidak sekedar ilmu pengetahuan yang
sampai sub atau cabang, macam génetika. Pepatah Jawa ‘kacang ora ninggal
lanjaran’, diperkuat peribahasa Indonesia senasib menyebutkan ‘buah
jatuh tidak jauh dari pohonnya’. Maksud terangnya, watak dari seorang anak tak
jauh dari perilaku bapak dan ibunya. Kombinasi, sinerji, perpaduan atau gén
baru.
Karena banyak versi tentang resep
Jawa ‘sangkan paraning dumadi’. Serta ilmu penulis untuk menjabarkannya jauh dari bobot. Ambil sikap
silahkan pembaca yang ahli sangka.
Sebelum keblusuk tak beraturan. Tersisa
sejenis peribahasa, pepatah berbasis ‘bukan katanya dan bukan ceritanya’. Pihak
kamar sebelah usul. Jangan abaikan ‘bukan sulap, bukan sihir’. Jangan cibirkan ‘bukan
fakta, bukan data’. Terkait ilmu pengetahuan melahirkan status hukum: anak
biologis, anak yuridis, anak ideologis.
Sistem feodal, kerajaan menjiwai
bentuk negara mapun pemerintahan. Dinasti politik, trah politik menjadi
struktur masyarakat tersendiri. Perilaku tentu tak ada di kamus. Membentuk norma kehidupan yang bersifat
otonom, bergaya otoritas.
Betapa bapak pembangunan, jenderal
besar Suharto. Mampu bertahan lama berkat bukan karena menjadi ketua umum
sebuah partai politik. Apalagi mendirikan partai politik. Jangan bandingkan
dengan nasib presiden ketujuh RI. Bangga dengan stigma petugas partai.
Di tarik ke bawah secara hirakis. Kawanan
pendérék penguasa, loyalis total jenderal papan bawah tidak masuk kategori akar
rumput. Bisa dibilang penyandang ijazah strata satu. jelasnya, mereka yang
berskala EQ jongkok, bahkan tiarap. Tahu uang menurut kacamata politik. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar