pencemaran nama baik vs pendongkrakan citra diri
Peribahasa ‘ular menyusur akar’, selain tidak familiar. Dianggap meledek martabat manusia.
Lazim jika anak manusia penyuka nasi, lebih gemar menu khusus
afair atau sajian spesial skandal (KBBI: skandal n perbuatan yg memalukan;
perbuatan yg menurunkan martabat seseorang). Koruptor tak merasa turun gengsi
dengan rompi oranye. Masuk tim khusus Tahanan KPK.
Awak media masa banyak yang tahu kesempatan. Suka-suka
menayangkan langsung warga binaan tipikor yang sedang “nyanyi”, buka kartu.
Tidak mau diri jadi kambing hitam. Kolektif kolegial menjadi asas gotong royong
versi politik.
Begini katanya, ceritanya. Efektivitas, kemanfaatan
revolusi mental – tak ada korelasi dengan episode Cicak vs Buaya – tak sengaja
membuat kedudukan dan keutuhan manusia. Jelasnya tak ada hubungan diplomatis dengan
pasal sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak menyenangkan maupun
bahasa hukum muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.
Mental yang mana dimana manusia mampu mengoptimalkan
potensi daya kinerja otak serta memfungsikan rasa hak pilih. Sejauh ini banyak
pariwara di layar kaca. Promo produk anyar, barang baru. Hadapi pesaing. Modal menjelekkan
produk lain dengan gaya membandingkan. Saraf pemirsa diajak adu gengsi. Diramu dengan
harga murah sesuai kualitas dan stok terbatas.
Hukum moral ketimuran mengatakan, sudah menjadi pakem. Kebaikan
atau hal yang baik. Tak perlu diomomg-omongkan apalagi diobral kuras gudang. Nama
baik berkat isi hati yang baik. Asupan gizi tidak sekedar sehat dan
menyehatkan. Kelakuan anak manusia. Terbentuk secara biologis dan lingkungan
hidup.
Kendati peribahasa atau fakta dan data berujar ‘apa lacur sudah jadi pelacur’ tidak membuat ybs rendah hati, malu apalagi terkait
norma moral. Mendongkrak tarif bawah. Berkat promosi gratis. Tak ada malunya
jika saya pernah berolahkata dengan teknis perbandingan “elektabilitas PSK vs popularitas capres
petahana”.
Kita manusia tak bisa mengukur kadar martabat diri. Faktor
penentu kedudukan dan keutuhan manusia acap termanipulasi sejak dini. Bukan kurang
ilmu kehidupan. Akibat dimanja alam. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar