Halaman

Senin, 18 Februari 2019

debat rubuh-rubuh gedhang, cawapres vs cawapres


debat rubuh-rubuh gedhang, cawapres vs cawapres

Sentimen positif pasar dalam negeri belum merespon debat capres putaran kedua. Entah terhadap nilai tukar Rp, nilai kurs tengah Rp. Yang jelas, serta merta pihak tertentu mendapat info. Digoreng menjadi olok-olok politik.

Medsos atau sejenis, menjadi ajang pamér bégo, unjuk pandir diri, umbar nista diri. Setetes  amunisi, langsung membara tanpa tanding. Orang gila pun tidak mau meladeni.

Komen lucu paling menggelikan ada di facebook.  Bangga sang petahana dengan gaya pria tulang lunak, bak Ali meng-KO George Foreman. Salah ibarat. Justru sang petahana adalah.

Tambah lagi fakta adanya pembodohan diiri.

Pemilih tanggung, diprakirakan merasa sudah bisa melihat mana emas mana loyang. Golput berkurang. Permainan belum apa-apa. Pemanasan debat akan menghasilkan sifat kehati-hatian. Arif menentukan pilihan. Sedikt banyak sudah terkuak. Siapa itu siapa.

Bukan sudah bisa berbuat apa saja. Minimal, adakah kelebihan diri dan kebaikan diri sebagai pemangku kewenangan. Bukan karena mampu melihat celah, kelemahan lawan. sasaran empuk.

Masih ada babakan sebagai babak penentu. Ingat peran wapres selama sejak ada di NKRI. Mulai dari dwitunggal, ban serep, matahari kembar atau pengumpul suara.

Ujar peribahasa, lebar dan dalam sungai dapat diukur. Jadi, barang kali tak ada salah jika kali ini menjadi tempat pebuangan sampah dan atau lokasi gelontoran limbah industri. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar