Halaman

Jumat, 08 Februari 2019

Nama Baik Tergantung Propaganda


Nama Baik Tergantung Propaganda

Perilaku biologis manusia diharapkan terkait dengan strata sosial. Rumus umum percaya diri. Ada gaya sikap cuek, berani malu serta tak tahu untung. Sekolah kepribadian menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat pribadi. Buang sampah sembarang tempat menjadi milik bersama.

Kondisi psikologis, faktor kejiwaan manusia menentukan pola tindak biologisnya. Kontak dan kontrol otak tergantung diri sendiri. Perilaku merupakan akumulasi olah akal, ramuan logika, daya nalar. Skala religi akan nenentukan model tampilan. Tanpa polesan, setting, hafalan jika sudah terbiasa asupan gizi halal. Tindak tutur maupun gaya raga tak jauh dari pasal benar dan baik.

Wajar jika seorang anak manusia mengandalkan nama baik leluhur. Menjadi modal sebagai pemain tunggal atau kelompok bermain di kehidupan bermasyarakat. Sepertinya ada hukum sebab akibat. Jika dengan nama baik mampu berkontribusi nyata di kehdiupa berbangsa, bernegara. Aturan main di partai politik seolah tak butuh nama baik. Diutamakan pihak atau oknum yang terbukti mampu mendongkrak produksi partai.

Ketika sebuah atau koalisi partai politik sepaham dan sealiran. Menjadi batu loncatan meraih kursi kekuasaan. Tak perlu saling nasihat-menasihati. Dibutuhkan saling mengingatkan akan kewajiban terkait ikatan kontrak politik. Satu periode hitung mundur dengan biaya politik multinasional. Sekaligus jangan lupa skenario politik semiglobal.

Selain dukungan relawan dan tim sukses saat berjuang. Maka untuk menjaga stabilitas wibawa negara perlu juru penerang, juru warta, juru pengkabaran. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar