Nama Baik Tergantung Propaganda
Perilaku biologis manusia diharapkan terkait dengan strata sosial. Rumus umum
percaya diri. Ada gaya sikap cuek, berani malu serta tak tahu untung. Sekolah kepribadian
menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat pribadi. Buang sampah sembarang
tempat menjadi milik bersama.
Kondisi psikologis, faktor kejiwaan manusia menentukan pola tindak
biologisnya. Kontak dan kontrol otak tergantung diri sendiri. Perilaku merupakan
akumulasi olah akal, ramuan logika, daya nalar. Skala religi akan nenentukan
model tampilan. Tanpa polesan, setting, hafalan jika sudah terbiasa asupan gizi
halal. Tindak tutur maupun gaya raga tak jauh dari pasal benar dan baik.
Wajar jika seorang anak manusia mengandalkan nama baik leluhur. Menjadi modal
sebagai pemain tunggal atau kelompok bermain di kehidupan bermasyarakat. Sepertinya
ada hukum sebab akibat. Jika dengan nama baik mampu berkontribusi nyata di
kehdiupa berbangsa, bernegara. Aturan main di partai politik seolah tak butuh
nama baik. Diutamakan pihak atau oknum yang terbukti mampu mendongkrak produksi
partai.
Ketika sebuah atau koalisi partai politik sepaham dan sealiran. Menjadi
batu loncatan meraih kursi kekuasaan. Tak perlu saling nasihat-menasihati. Dibutuhkan
saling mengingatkan akan kewajiban terkait ikatan kontrak politik. Satu periode
hitung mundur dengan biaya politik multinasional. Sekaligus jangan lupa
skenario politik semiglobal.
Selain dukungan relawan dan tim sukses saat berjuang. Maka untuk menjaga
stabilitas wibawa negara perlu juru penerang, juru warta, juru pengkabaran. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar