Indonesia membangun dinding pemisah dengan kamar sebelah
Zaman Orde Baru muncul angkatan muda yang berbasis teritorial
atau daerah militer. Bukan kesukuan. Anekdot, sudah jadi anggota aktif sebuah
angkatan muda, masih sulit cari kerja. Gaya kambuhan terjadi di ahir periode
2014-2019. Sudah bagi-bagi kursi malah tidak kebagian kursi.
Katakan. Sang presiden dengan ilmu duga politiknya,
memperlebar kursi angkatan 3 matra. Bilamana perlu paham dwifungsi militer dihidupkan
dengan taktis strategis. Sebetulnya, tak terbayangkan di awam. Betapa ada pati dan
atau pamen nonjob. Jangan salahkan sekolah pabrik jenderal yang overproduksi.
Di pihak lain. Barisan ASN dikondisikan netral jelang dan
sampai 17 April 2019. Utawa PNS bebas dari intervensi politik. Jangan luipa
bahwasanya menteri adalah pembantu presiden. Loyalitas jelas secara otomatis. Bahasa
hukum menjelaskan bahwa Gubernur yang karena jabatannya berkedudukan juga sebagai
wakil Pemerintah di wilayah provinsi plus bertanggung jawab kepada Presiden.
Paling runyam. Kawanan generasi melek sandal yang budak
TIK. Secara sadar diri menjadi pelaku aktif peolok-olok politik. Kata sejarah,
politik untuk mewujudkan peradaban bermasyarakat. Kiat persatuan, kesatuan dan
menjaga keutuhan bangsa menjadi dasar gerakan.
Daya adab politik Nusantara masih berbasis banyak
politik, banyak kursi, banyak rezeki.
Tembang lawas tentang kue nasional. Dicuwil habis sampai
wadahnya. Pemerataan alias hujan tak merata. Siapa kuat akan dapat porsi
terbanyalk, terbesar, terdepan.
Umat Islam sepertinya ada ikatan moral dengan organisasi
kemasyarakatan ketimbang dengan sebuah partai politik. Wajar. Asal jangan
pemersatu, panutan umat Islam sadar diri menjadi komoditas politik. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar