Halaman

Selasa, 26 Februari 2019

bagaimana penguasa, lihat kawanan loyalisnya


bagaimana penguasa, lihat kawanan loyalisnya

“Senyum Sang jenderal”, begitulah kiranya yang melekat pada sosok presiden kedua RI. Mampu ‘memberi petujuk’. Lebih dari itu ada rapal, mantera politik ‘atas kehendak rakyat’.

Agaknya, ada benang merah menyuratkan dan atau menyiratkan perwatakan penguasa tunggal Orde Baru, antar periode.

Banyak hal yang menjadi catatan sejarah. Atau yang tak tercatat oleh sejarah. Fakta lebih bicara. Data kejadian peristiwa, keadaan perkara, hanya menguatkan,  cuma menyangatkan.

Sebagai bangsa besar, tahu diri. Soal jasa, serahkan kepada Allah swt.

Kata rakyat. Semua bisa buka suara. Bukan sekedar sebagai saksi. Banyak yang terlibat langsung dengan kiprah, kinerja, kontribusi pak Harto. Kalang sipil dan terutama pihak angkatan, militer, tentara, ABRI.

Bukan sebagai ketua umum parpol. Tetapi mampu menjadikan Sekber Golkar sebagai tunggangan, kendaraan politik. Identitas ‘kuning’ mendominasi sampai pelosok desa, tepi kota. Setelah penyederhanan parpol, terjadi stabilisasi politik.

‘Tinta hitam’ terpakai untuk mencatat sejarah beliau. Rakyat bergaya tahu sama tahu. Yang tahu malah membisu. Tidak menambah dosa diri dengan obral ujaran. Pihak berseberangan. Pa Harto pakai motto, kalau tak bisa dirangkul, pasti akan didengkul.

Soal pakai cara ‘memetieskan’ itulah inisiatif kerja pembantu presiden. Penasihat spiritual tak kalah gengsi dan gaya. Menjadi ‘kawan dekat’ presiden.

Bagaimana penguasa tapi bukan penguasa 2014-2019. Tunggu hasil liputan pewarta kamar sebelah. Tepatnya, apa kata orang asing, biasanya. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar