olah pilah dan alih pilih anak bangsa pribumi
Adalah abang PSK. Kebutuhan pangan yang dibawa tergantung
kekuatan pasar. Jenis sayur sesuai pasokan pedagang pasar kulak. Ada yang
selalu ada tak kenal musim. Harga berubah tanpa propaganda. Bumbu jadi kemas
sachetan, aman dari harga dan keawetan. Mau hemat belanja, sore waktu cerdas. Kalau
tak malu, tetap tawar atau diborong. Ketimbang dibuang atau besok busuk.
Ibu rumga siap belanja, sigap tentukan pilihan. Menu tergantung
kebijakan abang PSK. Bisa terima pesan liwat HP. Mau yang muda atau matang di pohon.
Segar atau sudah diproses. Partai sedang tak ditampik. Mau carikan sayur
matang.
Beda cerita dan perkabaran generasi melek sandal. Hidung terkontaminasi
iklan, pariwara. Produk tak jelas kualitas. Menang asal usul yang jelas
mendongkrak klas. Ekonomi pas-pasan, klas kw menjadi pilihan gagah.
Psikolog politik tak habis pikir. Kejiwaan generasi melek
sandal nyaris tipikal. Produk massal yang penting ada. Survei membuktikan budaya
manusia menentukan panutan, jauh dari pakem. Lagu lawas, bisa beli tidak bisa
merawat. Wong Jawa tahu betul budaya ‘demenyar’. Berangkat niat makan, pulang tetap lapar.
Hak pilih dilindungi UU. Tak menjamin rakyat pengguna
merasa nyaman dan mantap. Mesin politik Nusantara hanya besar suara, meraung
garang. Terbukti capres petahana, di atas kertas butuh pihak yang mampu
mengangkat dan mengangkus sisa wibawa negara.
Jenis pangan di PSK, stok lama. Sesegar-segarnya sudah
uzur. Mirip model karbitan. Sistem ijon. Usia barang tak ada guna. Harapan dan
asa pada usia teknis barang yang segala zaman dan waktu. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar