Halaman

Selasa, 19 Februari 2019

ada-ada saja, penduduk Nusantara nyaris miskin


ada-ada saja, penduduk Nusantara nyaris miskin

Dengung, denging ujaran BPS masuk mata kanan. Bisa keluar sebagai apa saja. Sebagai satu pintu sumber data dan informasi. Fakta dan angka tersaji, tidak serta merta bisa sebagai bahan baku. Konten Berita Resmi Statistik dilindungi oleh Undang-Undang, hak cipta melekat pada Badan Pusat Statistik. Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi tulisan ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik.

Jadi, ada untungnya. Olahkata, rangkaian kalimat saya ini, jauh dari tujuan komersial. Dan tak dekat dengan pola profesional. Yang suka, silahkan baca. Yang tak suka, cukup simak saja.

Sesuai judul. Bicara miskin akan lebih renyah jika diri kita memang msikin. Minimal punya rekam jejak, pengalaman hidup atau menjadi bagian penduduk miskin, rumah tangga miskin.

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan adalah ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Sedangkan indeks Keparahan Kemiskinan memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.

Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan untuk penduduk yang beradadi 40 persen lapisan terbawah tumbuh. Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan untuk rumah tangga yang berada di 40 persen lapisan terbawah selama periode September 2017–Maret 2018 tumbuh 3,06 persen.

Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk mengelompokkan penduduk menjadi miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan).

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM).

Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Jenis komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan maupun di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, dan gula pasir. Sedangkan komoditi nonmakanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan maupun perdesaan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.

Di luar BPS. Kalangan perguruan tinggi, mengenal Rasio Kebutuhan Fisik Minimum (R-KFM). Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dikategorikan apakah penduduk tersebut miskin atau tidak. Apabila nilai R-KFM yang diperoleh sama dengan satu, berarti penduduk tersebut dikategorikan sebagai miskin, karena tingkat pendapatannya setingkat dengan tingkat subsisten (subsistence level). Artinya, pendapatan yang diperoleh orang tersebut hanya cukup untuk mempertahankan hidup.

R-KFM diformulasikan sebagai berikut:
a.  miskin sekali, apabila R-KFM 0,75
b.  miskin apabila, R-KFM 0,76 -1,00
c.  nyaris miskin, apabila R-KFM 1,01 -1,50
d.  nyaris kaya apabila, R-KFM 1,51 - 2,00 (Zulkifli Husin (dalam Supriatna, 1997:83)

Agar tidak terjebak pada makna lema ‘miskin’. Luangkan mata menyimak Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK).

Konsep kebahagiaan (happiness) mengandung makna dan cakupan yang tidak hanya fokus pada kondisi kehidupan yang menyenangkan (pleasant life) dan kondisi kehidupan yang baik (being-well atau good life), tetapi juga pada kondisi kehidupan yang bermakna (meaningful life).

Topik pembangunan nasional tentang (konsep) kebahagiaan mendapat porsi lebih besar dibandingkan dengan konsep kesejahteraan material maupun kemakmuran ekonomi.

Sekedar tahu, tahu ala kadarnya. Bahwasanya, kebahagiaan hidup penduduk dan atau rumah tangga bisa dilacak berdasarkan tingkat kepuasan terhadap 10 domain kehidupan yang esensial dan afeksi serta evaluasi hidup secara keseluruhan. Sepuluh domain kehidupan tersebut adalah (1) kesehatan, (2) pendidikan, (3) pekerjaan, (4) pendapatan, (5) keadaan lingkungan, (6) kondisi keamanan, (7) keharmonisan keluarga, (8) kehidupan sosial, (9) waktu luang, dan (10) rumah dan fasilitas rumah. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar