ada-ada saja, penduduk Nusantara nyaris miskin
Dengung, denging ujaran BPS masuk mata kanan. Bisa keluar
sebagai apa saja. Sebagai satu pintu sumber data dan informasi. Fakta dan angka
tersaji, tidak serta merta bisa sebagai bahan baku. Konten Berita Resmi
Statistik dilindungi oleh Undang-Undang, hak cipta melekat pada Badan Pusat
Statistik. Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan
sebagian atau seluruh isi tulisan ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik.
Jadi, ada untungnya. Olahkata, rangkaian kalimat saya
ini, jauh dari tujuan komersial. Dan tak dekat dengan pola profesional. Yang suka,
silahkan baca. Yang tak suka, cukup simak saja.
Sesuai judul. Bicara miskin akan lebih renyah jika diri
kita memang msikin. Minimal punya rekam jejak, pengalaman hidup atau menjadi
bagian penduduk miskin, rumah tangga miskin.
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah
dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah
tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan adalah ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran
masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Sedangkan indeks Keparahan Kemiskinan memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara
penduduk miskin.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan
pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Dengan pendekatan ini dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase
penduduk miskin terhadap total penduduk.
Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan untuk penduduk
yang beradadi 40 persen lapisan terbawah tumbuh. Rata-rata pengeluaran per
kapita per bulan untuk rumah tangga yang berada di 40 persen lapisan terbawah
selama periode September 2017–Maret 2018 tumbuh 3,06 persen.
Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk
mengelompokkan penduduk menjadi miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin
adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di
bawah Garis Kemiskinan. Penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita
per bulan di bawah Garis Kemiskinan).
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang
terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan
(GKBM).
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh
lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan,
dan kesehatan). Jenis komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai
Garis Kemiskinan di perkotaan maupun di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter,
telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, dan gula pasir. Sedangkan komoditi
nonmakanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan
maupun perdesaan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan
perlengkapan mandi.
Di luar BPS. Kalangan perguruan tinggi, mengenal Rasio
Kebutuhan Fisik Minimum (R-KFM). Dari hasil perhitungan tersebut, dapat
dikategorikan apakah penduduk tersebut miskin atau tidak. Apabila nilai R-KFM
yang diperoleh sama dengan satu, berarti penduduk tersebut dikategorikan
sebagai miskin, karena tingkat pendapatannya setingkat dengan tingkat subsisten
(subsistence level). Artinya, pendapatan yang diperoleh orang tersebut
hanya cukup untuk mempertahankan hidup.
R-KFM diformulasikan sebagai berikut:
a. miskin sekali,
apabila R-KFM 0,75
b. miskin apabila,
R-KFM 0,76 -1,00
c. nyaris miskin,
apabila R-KFM 1,01 -1,50
d. nyaris kaya
apabila, R-KFM 1,51 - 2,00 (Zulkifli Husin (dalam Supriatna, 1997:83)
Agar tidak terjebak pada makna lema ‘miskin’. Luangkan mata
menyimak Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK).
Konsep kebahagiaan (happiness) mengandung makna
dan cakupan yang tidak hanya fokus pada kondisi kehidupan yang menyenangkan (pleasant
life) dan kondisi kehidupan yang baik (being-well atau good life),
tetapi juga pada kondisi kehidupan yang bermakna (meaningful life).
Topik pembangunan nasional tentang (konsep) kebahagiaan mendapat
porsi lebih besar dibandingkan dengan konsep kesejahteraan material maupun
kemakmuran ekonomi.
Sekedar tahu, tahu ala kadarnya. Bahwasanya, kebahagiaan
hidup penduduk dan atau rumah tangga bisa dilacak berdasarkan tingkat kepuasan terhadap
10 domain kehidupan yang esensial dan afeksi serta evaluasi hidup secara keseluruhan.
Sepuluh domain kehidupan tersebut adalah (1) kesehatan, (2) pendidikan, (3)
pekerjaan, (4) pendapatan, (5) keadaan lingkungan, (6) kondisi keamanan, (7) keharmonisan
keluarga, (8) kehidupan sosial, (9) waktu luang, dan (10) rumah dan fasilitas
rumah. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar