Halaman

Minggu, 08 November 2020

semono yo semono, nanging ojo semono

semono yo semono, nanging ojo semono

Bukan masalah, masalah bukan pada cara membaca atau menulis judul yang mirip bahasa Jawa gaya Yogyakarta. Paham bebal radikal bebas “dranukisme”, merupakan wujudan oplosan dari aliran mbatin, arus kejiwaan, arahan kejawen (jawa nduweni). Pengujarnya berkebutuhan kelas khusus, dengan gaya nunak-nunuk, glinak-glinuk, cenunak-cenunuk. Makanya ybs tampak tampang samping montak-mantuk manuke mantuk-mantuk.

 Beda antara ngurupi dengan nguripi, sejauh mata batin pemirsa mencerna ungkapan yang tak harus selalu diungkap. Terima apa adanya, bulat panjang utuh. Mana ujung mana pangkal. Maunya disanjung tidak mau disangkal. Butuh waktu pengendapan di dalam lubuk hati. Laku manusia tak perlu mengendap-endap, takut kecium bau aselinya.

 Duduk membungkuk merusak dada sendiri. Tapi laku jalan tegak busung dada, disinyalir selaku laku sombong di dunia. Liwat gang senggol patuhi adat lokal agar sama-sama bisa liwat saat berpapasan. Jangan merasa lebih besar, lebih banyak lebih kuat minta diutamakan, diprioritaskan. Hindari tatapan mata langsung, pemacu pemicu konflik horizontal.

 Dalil kurang kerjaan atau tidak punya kerja. [HaéN]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar