Halaman

Jumat, 13 November 2020

dilema generasi tanpa garansi, bosan botak vs bangga plontos

dilema generasi tanpa garansi, bosan botak vs bangga plontos

 Wajar bin nalar, jika seorang manusia berketurunan lebih mengutamakan konfigurasi fisik kepala ketimbang “isi”-nya. Rambut bersebut mahkota. Hubungan biologis bentuk kepala dengan lokasi tumbuh rambut. Masalah kerambutan bisa bakat, bawaan sejak dalam kandungan, gawan bayen sampai aruh faktor eksternal. Kaum hawa merasa martabat diri pada lebat tidaknya rambut kepala. Lebih risau dengan lekuk struktur permukaan wajah.

 Turun ke bawah, bagaimana lekuk tubuh menentukan derajat kewanitaannya secara biologis. Rawat ruwat wajah menjadi jurus ampuh menambah nilai purna jual, melebihkan rasa percaya diri sesuai kodrat. Karena tidak terkait langsung dengan judul. Stop.

 Kembali ke kalangan yang mempersoalkan kehadiran rambut seutuhnya di kepalanya. Pariwara pedagang obat pinggir jalan masuk layar kaca, langsung dianggap mujarab bin mustajab. Mau kumis tetap di atas bibir atas. Rambut bergantung bebas di rahang bawah, dagu selaku tanda jantan tenan. Seolah harga diri tergantung banyaknya rambut di hamparan luasan kepala.

 Simbar dada, masuk pasal lain, sama kasus. Mau hadirkan atraksi lingkar dada lebih kecil daripada lingkar perut. [HaéN]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar