Halaman

Rabu, 04 November 2020

kepancasilaan plus suara sandal terseret

kepancasilaan plus suara sandal terseret

 Konotasi ringan, kemungkinan besar ada perempuan berstatus “bedinde” dengan jalan khas kelas yaitu waktu jalan sandal tidak diangkat. Seperti diseret, bagian tungkak untuk ngerem. Sandal jepit atau pakai hak kayu, penuh paku. Jalan minta perhatian tidak sampai-sampai.

 Kemungkinan kedua, yaitu anak-anak bermain menyeret kumpulan sandal aneka bahan, ukuran, warna dan merk. Membayangkan menarik mobil-mobilan dari kayu. Sampai ban copot ludes, tetap ditarik sambil riang lari-lari kecil. Namanya anak. Imajinasi terasah hanya dengan mainan sederhana. Bangga tak terucap jika hasil oleh tangan sendiri.

 Adab berkemajuan bangsa nusantara tak serta merta menyangkut aspek kehidupan bernegara.

 Hak setara antara kaum hawa dengan kaum adam, malah seolah sama-sama. Sama rasa – sama rata – sama raba. Kata primbon bawah bantal, suatu masa akan terjadi “bedinde” melahirkan tuannya. Ramalan politik mensinyalir pihak mana saja jika sesuai kualifikasi global, berhak menjadi tuan rumah di nusantara. Dengan dalih dan dalil mampu menciptakan lapangan kerja menyerap tenaga kerja lokal. [HaéN]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar