Halaman

Sabtu, 21 November 2020

ironi negeri bumi pancasila

ironi negeri bumi pancasila

 Jika semua anak bangsa nusantara berketurunan karena kelahiran biologis. Ikatan moral teritorial, dimana bumi dipijak, boleh menjadi tempat berak utawa BAB. Langit ketinggian dijunjung. Lebih normal sarat pesan moral, junjung diri sendiri. Sanjung diri sendiri tanpa peduli pihak lain lebih eksis. Kelamaan tunggu puja-puji dari pihak sebelah kanan luar. Tampilkan diri bak makhluk terzalimi oleh lingkungan.

 Pihak yang alergi, antipati Pancasila dikemas, diformat dengan dalih tuntutan zaman, panggilan tugas, kebijakan partai. Macam penguasa teriak ‘ayo hidup sederhana’, ‘kencangkan ikat pinggang', ‘kembali ke menu rakyat'. Sambil berlomba mewujudkan keserakahan dunia, meraih nikmat dunia.

 Akankah pada lapis atas bernegara sampai luar teratas, bagimana gema, gaung, dengung Pancasila. Semakin meredup, sayup-sayup. Makanya perlu pasal dibangkitkan, dihidupkan kembali Pancasila melalui lembaga formal setingkat di atas presiden.

 Sampai kapan kita belajar Pancasila? Kapan praktiknya. Praktik bersama, membuka cabang usaha, kursus mahir tingkat awal sampai pojok, pelosok, puncak nusantara. Buka biro jasa kawal sila-sila agar tidak dibajak, dibegal. Lanjut sampai tepi laut. Dengan sistem dalam jaringan dan bersertifikat lima tahunan. [HaéN]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar