Halaman

Rabu, 11 November 2020

musuh dalam lingkaran dalam

musuh dalam lingkaran dalam

 Peribahasa yang mengikuti adat bermasyarakat, adab berbangsa dan dalil gaul bernegara. Filosofis bin melankolis. Diangkat dari praktik menu harian sampai pesta demokrasi lima tahun. Predikat stigmatis petugas partai  buat oknum RI-1 ketujuh dua periode, indikasi kontradiksi dengan label penguasa tunggal Orde Baru. Memori politik meninggalkan fakta, adalah daripada Suharto identik Orde Baru, Golkar dan TNI-AD.

 Bhayangkara, tol laut, infrastruktur plus TKA identik dengan boneka partai. Konflik agraria. Selama ini, upaya untuk memberikan kepastian hukum atas pemilikan tanah rakyat masih belum optimal. Apalagi kepastian hukum dalam penyelesaian konflik agraria yang sifatnya struktural dan legalisasi hak rakyat atas tanah-tanah obyek reforma agrarian (TORA) masih belum dapat dijalankan seiring belum adanya mekanisme dan kelembagaan yang khusus untuk menyelesaikan konflik dan melaksanakan reforma agrarian. (Buku “Arahan Kantor Staf Presiden: Prioritas Nasional Reforma Agraria dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2017”.)

 Betapa kebijakan pemerintah sampai menyasar dapur rakyat. Kebijakan impor bawang putih yang identik permainan politik wakil rakyat dari parpol juara umum Pipres 2014. Garam dapur tak luput dari pengendusan sesuai asas ketahanan lauk pauk rakyat. Garam industri memacu memicu pasal impor.

 Paket keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan menjadi musuh besar, lawan utama pemerintah Orde Baru. Pelita (pembangunan lima tahun) demi pelita dicanangkan dan dipraktikkan. Bagi pihak yang berseberangan dengan gaya pemerintah, mendapat stigma anti kemapanan. Menghadapi “lawan politik”, penguasa Orde Baru menggunakan modus, kalau tidak mau dirangkul, akan segera didengkul. [HaéN]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar