Halaman

Kamis, 12 November 2020

jebakan kubangan politik nusantara rasa

 jebakan kubangan politik nusantara rasa

Indeks demokrasi Indonesia per tahun, indeks persepsi korupsi, bukti yuridis nusantara sejahtera. Terpandang di kawasan regional ASEAN. Sejatinya mendaur ulang kisah sukses adab rezim otoritarian pra-reformasi.

 Sebutan “pengawal bangsa” bagi ABRI atau  TNI di zaman Orde Baru nyaris utuh mendominasi semua tingkatan kenegaraan dan kemasyarakatan. Berkat doktrin canggihnya, yakni dwifungsi dan kekaryaan. Konsep dwifungsi sebagai jaminan konstitusional yang membenarkan peran sosial politik sekaligus peran pertahan keamanan. Kondisi ini memberi militer legitimasi untuk terlibat di berbagai aspek kehidupan, termasuk bisnis.

 Jadi antara multipartai dengan mégakonflik menjadi satu paket utuh. Tak bisa disubkan. Atau dipecah menjadi paket-paket kecil menghindari lelang, arisan anggaran. Multikrisis berbaur akrab dengan skandal mégakasus politik. Bukan kasus tindak pidana melenyapkan barang bukti. Melenyapkan tersangka bak ‘orang hilang’ zaman akhir rezim militer-politik daripada Soeharto.

 Perilaku yang dipertontonkan oleh manusia politik – tepatnya wayang politik – menampilkan menu yang tidak dibutuhkan rakyat. Antar parpol yang jagonya maju, atau mendukung jago lawan politik, sepertinya sedang rembug serius. Rembug politik tak jauh dari arisan kekuasaan. Sesama petugas partai dilarang saling berebut kursi yang sama. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar