Halaman

Senin, 16 November 2020

hingga perasan sila terakhir, malah kian tidak merasa

hingga perasan sila terakhir, malah kian tidak merasa

 Mau sama berapa kali, bukan urusan sesama. Tidak ada ikatan batin maupun kaitan formal suasana kebatinan sesama rakyat. Jelas pasal mufakat untuk musyawarah tidak perlu diperjelas secara lugas. Selama pasal kehidupan bernegara mengkomodir kepentingan multipihak, aman-aman saja selama satu periode.

 Sifat kesementaraan manusia di bumi ibu Pertiwi. Tetapkan plus terapkan asas ekonomis. Kinerja kapal keruk disesuaikan dengan kapasitas koalisi, kompromi antar pihak. Zaman Kompeni VOC, kawanan nusantara sudah kenal lawan politik. Tahu seberapa menguntungkan saling berkawan, berkongsi. Model campakkan kawan di tengah jalan, di awal periode, jika jelas-jelas jadi parasit, benalu, penghisap darah.

 Tata susila bermartabat ibarat aturan yang mengatur politik uang. Semakin diperketat aturan main tetap selalu ketinggalan langkah dengan modus, variasi praktik politik uang.

 Secara konsepsional, dalil keserentakan pesta demokrasi nasional, memposisikan pilpres sebagai penentu nasib bangsa dan negara secara total. Terbukti 2014 dan 2019 menghasilkan bentukan DPR dan DPD nyaris tanpa bentuk.

 Begitulah, hasil pemilu serentak 2019 mengindikasikan  kurang kuat cengkeraman efek ekor jas antara keterpilihan presiden dengan perolehan partai, seperti PDI Perjuangan dan Gerindra. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar