Halaman

Rabu, 25 November 2020

penerima manfaat demokrasi alergi demokrasi

 penerima manfaat demokrasi alergi demokrasi

 Tata niaga demokrasi nusantara, proses linier dari hulu hingga sampai ke hilir. Meluncur deras tanpa timbal balik. Demokrasi sub-versi pasca reformasi 21 Mei 1998 berlanjut bergulir sesuai skenario, skema global. Perubahan terasa nyata pada minimnya partai politik hingga pengadaan jabatan publik yang dilelang secara terbuka, langsung.

 Demokrasi nusantara berbasis tata moral politik. Historis proses tata negara menjadi kontrol dari atas. Padahal pada tataran praktis masyarakat berpancasila dapat terlibat langsung pada setiap tahap proses politik. Kelompok penekan maupun kelompok kepentingan secara normatif terjadi pergeseran nilai.

 Kejahatan terhadap kemanusiaan kian legal yuridis konstitusional ketika praktik harian, jalanan alat negara – khususnya bayang-bayang angkara – bukan identik alat rakyat, masyarakat maupun bangsa. Perbedaan warna politik memacu memicu praktik hukum rimba belantara tak bertuan. Warna politik kiri merah, merasa selaku ras unggul.

 Pihak yang dibesarkan oleh reformasi, siap-siap hangus tak berasap. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar